Wanaloka.com – Bagaimana rasanya mendengarkan auman si raja hutan, harimau di alam liar selama hampir setengah jam? Inilah yang dialami personel Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) saat melakukan mitigasi konflik Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan warga di Desa Lantosan Rogas, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Konflik Harimau Sumatera dengan warga Desa Lantosan Rogas kembali terjadi. Di pengujung bulan lalu, 28 Februari 2023, konflik Harimau Sumatera terjadi di Desa Lantosan Rogas, dan salah satu ternak sapi warga dimangsa harimau. Dugaan sapi tersebut dimangsa harimau, adanya bukti dua jejak harimau di sisi tubuh sapi yang sudah terburai. Kurang dari sepekan, harimau kembali muncul di Desa Lantosan Rogas.
Kemunculan Harimau Sumatera ini disaksikan warga desa. Satwa liar buas yang dilindungi ini dilihat warga melintas di kebun kacang. Lokasi kemunculan harimau ini tidak jauh dari lokasi terjadinya konflik pada akhir Februari lalu.
Baca Juga: Konflik Harimau dengan Manusia di Pelalawan, Warga Diimbau Tidak Keluar Malam
Kemunculan kembali harimau ini menimbulkan keresahan warga.
Tim Seksi Konservasi Wilayah (SKW) V Sipirok yang menerima laporan kemunculan Harimau Sumatera, merespons turun ke lokasi kemunculan satwa dilindungi itu, pada Senin, 6 Maret 2023, untuk melakukan mitigasi konflik Harimau Sumatera dengan warga Desa Lantosan Rogas.
Saat melakukan penelusuran di lapangan, ditemukan jejak-jejak baru harimau di dua titik, di jalan tanah sekitar 100 meter dari jalan penghubung kecamatan. Selain menemukan jejak harimau, personel SKW V Sipirok mendengarkan auman dan kiukan si belang selama lebih kurang 35 menit.
Discussion about this post