Wanaloka.com – Provinsi Riau merupakan daerah yang rutin mengalami bencana asap dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di lahan gambut. Namun kini menjadi salah satu contoh keberhasilan implementasi kebijakan tata kelola gambut di Indonesia.
Lantaran itu pula, perwakilan 14 negara dan berbagai lembaga internasional belajar pengalaman dan keberhasilan mengelola lahan gambut di Riau. Acara dikemas dalam “Workshop on Protection and Management of Peatland Ecosystem: Sharing Experiences and Lesson Learnt from Indonesia” mulai 13 – 16 Desember 2022 di The Premier Hotel Pekanbaru yang diadakan International Tropical Peatland Center (ITPC) sebagai wadah untuk mengimplementasikan resolusi.
Pengelolaan Lahan Gambut Sejak 1990
Sebenarnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya mengungkapkan, Indonesia telah mengatur pengelolaan lahan gambut sejak 1990. Namun karhutla 2015 merupakan titik balik perumusan penguatan kebijakan gambut, implementasi perbaikan dan pemulihan, serta law enforcement. Reformasi tersebut berdampak pada implementasi kebijakan di lapangan dalam waktu singkat.
Baca Juga: Data Terbaru, Gempa Karangasem 34 Rumah Rusak 2 Warga Terluka
“Alhamdulillah, salah satu hasilnya Indonesia berhasil terhindar dari bencana asap dalam beberapa tahun terakhir,” kata Siti dalam sambutan workshop tersebut, 13 Desember 2022.
Luas ekosistem gambut di Indonesia melingkupi 23 persen dari semua lahan gambut di Asia Tenggara dan menjadi rumah bagi lebih dari 40 persen lahan gambut tropis dunia. Tak heran, ekosistem gambut tropis Indonesia terbesar ke-4 di dunia.
Sejumlah langkah kebijakan pengelolaan gambut disusun pemerintah. Pertama, menerbitkan PP Nomor 71 Tahun 2014 jo PP Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut serta petunjuk teknis yang langsung dilaksanakan dan diikuti dengan petunjuk teknis di lapangan.
Kedua, membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) pada 2016. Badan ini memiliki tanggung jawab restorasi gambut di tujuh provinsi dengan target 1,2 juta hektare.
Baca Juga: Teknik Geodesi UGM Petakan Area Terdampak Gempa Cianjur dengan Pesawat Nirawak
Hasilnya, Indonesia telah melakukan inventarisasi lahan gambut seluas 24.218.491 hektare yang terbentuk menjadi 865 Kesatuan Hidrologi Gambut. Sekitar 3,6 juta hektare gambut direstorasi di lahan konsesi dan target 49,8 juta di APL. Kemudian telah dibangun 28.105 unit dan 9.153 unit pembangunan sekat kanal. Selain itu, multipihak terlibat dalam Program Desa Lindung Gambut Mandiri atau Desa Mandiri Peduli Gambut.
“Berdasarkan pengalaman dan pencapaian tersebut, Indonesia percaya lahan gambut yang terdegradasi dapat dipulihkan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan,” kata Siti.
Fokus FoLU Net Sink 2030
Indonesia telah menjadikan restorasi gambut dan pencegahan kebakaran lahan gambut sebagai salah satu fokus utama dalam Net Sink Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lain (FoLU) 2030.
Baca Juga: Peringati Hari Nusantara, Indonesia Harap Wujudkan Visi Poros Maritim Dunia 2023
Discussion about this post