Wanaloka.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kembali mengingatkan ancaman gempa megathrust dan tsunami di selatan Pulau Jawa. Pemerintah daerah dan masyarakat diminta meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi skenario terburuk.
Menyoal ancaman gempa megathrust dan tsunami di selatan Pulau Jawa. kali ini Dwikorita menyoroti ancaman di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah yang berada di garis pantai selatan Jawa. Lokasinya ditengarai menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Eurasia. Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, pantai Cilacap berpotensi mengalami tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter.
“Itu akibat dari gempabumi berkekuatan magnitudo 8,7 pada zona megathrust,” ungkap Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) yang digelar BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara di Cilacap, Rabu, 27 Juli 2022.
Baca Juga: Gempa Terkini Magnitudo 5,5 Guncang Morowali
Berdasarkan data yang dihimpun Wanaloka.com, peringatan akan ancaman gempa megathrust dan tsunami di sepanjang selatan Jawa sudah didengungkan para pakar gempabumi dan tsunami jauh hari. Bermula dari Pakar Tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko pada 2019. Ia menyebut pantai selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi gempabumi magnitudo 8,8 yang memicu tsunami setinggi 20 meter.
Kemudian pada Juni 2021, BMKG juga merilis permodelan tsunami setinggi 29 meter di selatan Jawa Timur akibat ancaman gempabumi bermagnitudo 8,9. Kemudian Maret 2022, melalui seminar daring, BMKG juga menyampaikan potensi ancaman gempa magnitudo 8,7 yang mengakibatkan tsunami hingga 23 meter di selatan Jawa Barat.
Sementara informasi aktivitas gempa selama kurun satu bulan atau Juli 2022, setidaknya ada 29 daerah atau lebih yang dilanda bencana tersebut. Sementara total goncangan gempa ditengarai mencapai ribuan kali. Salah satu contoh, terjadi 126 kali gempa susulan di Lumajang pada awal Juli 2022.
Baca Juga: Gempa Dangkal Hari Ini Guncang Bali, Pontianak dan Konawe
“Dan prakiraan skenario terburuk ini bukan ramalan. Tapi hasil kajian ahli dan pakar kegempaan,” kata Dwikorita.
Hanya saja, hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi waktu atau kapan terjadinya gempa secara tepat. Perhitungan skenario terburuk tersebut menjadi pijakan untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi.
“Andaikata terjadi gempabumi dan tsunami sewaktu-waktu, pemerintah dan masyarakat diharapkan sudah siap dan tahu apa saja yang harus dilakukan,” kata Dwikorita.
Berkaitan dengan langkah-langkah mitigasi, Dwikorita memaparkan, masyarakat harus paham apa yang mesti dilakukan dan disiapkan. Termasuk sarana prasarananya, keterampilan untuk menyelamatkan diri, kapan dan kemana harus berlari menyelamatkan diri secara mandiri atau kelompok, jalur evakuasi, tempat aman yang dituju.
Baca Juga: Banjir Parigi Moutong Seret Satu Mobil, 3 Orang Meninggal Dunia Ratusan Warga Mengungsi
Discussion about this post