Baca juga: Ada 184 dari 1.835 Spesies Burung di Indonesia Terancam Punah
Tailing dari pengolahan limonite, yakni bijih nikel kadar rendah (0,8–1,5%), menggunakan metode High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan mixed hydroxide precipitate (MHP), bahan baku baterai listrik, diketahui mengandung logam berat berbahaya.
“Hanya sekitar 1 persen dari bijih limonite yang menjadi nikel bernilai ekonomi. Sisanya menjadi limbah tailing,” jelas Direktur Eksekutif AEER, Pius Ginting.
Menurut dia, tata kelola limbah ini harus menjadi perhatian publik. Ahli Geofisika & Hidrologi Tambang dari Amerika Serikat, Steven H. Emerman menyebutkan teknologi filtered tailing di Indonesia masih berisiko tinggi. Sebab, tailing memiliki kandungan air hingga 35 persen.
Baca juga: Aliansi Meratus Menduga Usulan Taman Nasional Kedok Perampasan Tanah Adat
“Struktur tanah vulkanik di Indonesia yang cenderung lembek menyebabkan bendungan penampung tailing rentan longsor, apalagi di kawasan rawan gempa dan hujan ekstrem seperti Sulawesi,” kata dia.
Sejumlah fasilitas sudah kolaps, mencemari sungai dan laut.
“Standar teknis harus disesuaikan dengan konteks Indonesia,” imbuh dia.
Fakta global pun memperkuat kekhawatiran ini. Studi di jurnal Nature mencatat bahwa sejak 1915, telah terjadi 257 kegagalan bendungan tailing di dunia yang menewaskan 2.650 orang. Tren kegagalan semakin parah sejak tahun 2000, seiring meningkatnya penambangan bijih nikel berkadar rendah untuk memenuhi kebutuhan transisi energi.
Baca juga: Indonesia Minta Perjanjian Plastik Global Tercapai Tanpa Penundaan
Peneliti dari Asia Research Center Universitas Indonesia, Rini Astuti menggarisbawahi ironi HPAL.
“Teknologi ini memang mengubah bijih rendah kadar menjadi bahan baterai, tapi dampak lingkungannya sangat besar dan memerlukan tata kelola jauh lebih ketat,” kata Rini.
Dalam satu dekade terakhir (2013–2023), produksi nikel Indonesia melonjak 920 persen. Namun, untuk setiap 1 ton nikel berkadar rendah, dihasilkan 110 ton limbah tailing.
Baca juga: Walhi Aceh Ingatkan Proyek GAIA Memperpanjang Penggunaan Bahan Bakar Fosil
“Jika tata kelolanya tidak siap, ini akan menjadi persoalan besar,” tambah dia.
Rini juga menambahkan, kegagalan fasilitas tailing tidak semata soal aturan teknis. Stabilitas politik, rendahnya tingkat korupsi, kebebasan berpendapat, serta kebijakan perubahan iklim yang realistis dan kontekstual menjadi faktor penentu keberhasilan. [WLC02]







Discussion about this post