Wanaloka.com – Problematika sampah menjadi fokus program mahasiswa Universitas Airlangga, baik untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun program pendanaan. Mengingat sampah menjadi masalah setiap daerah tanpa ada penyelesaian hingga tuntas.
Persoalannya, tak semua daerah punya program pengelolaan sampah. Pun tak semua daerah punya teknologi untuk mengolah sampah.
Untuk mengimplementasikan programnya, mahasiswa ini menggandeng masyarakat di lingkungan tersebut sebagai mitra. Seperti ibu-ibu PKK maupun pemuda Karang Taruna. Mereka juga mengawali dengan memberikan edukasi dan pelatihan pengolahan sampah yang dimaksud.
Baca Juga: Tiga Masalah Krisis Bumi Tantangan KTT Perubahan Iklim di Dubai
Apa saja program solusi pengelolaan sampah yang dilakukan mahasiswa Unair?
Ubah Plastik Jadi Paving Block
Adalah Isac Muhamad Kahlil Gibran (SIKIA, Angkatan 2021) dengan anggota Raihan Bintang Kurniawan P (SIKIA, Angkatan 2021), Siti Nur Aini (FPK, Angkatan 2021), dan Salfa Dwi Firmansyah (FKH, Angkatan 2021), mahasiswa Unair yang tergelitik atas sebaran sampah-sampah plastik di sejumlah kawasan pesisir Banyuwangi, Jawa Timur. Lewat pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Skema Pengabdian Masyarakat (PKM-PM), tim ini mengangkat judul Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pulau Santen Melalui Program Penguatan Mental Training dan Potensi Sampah Plastik Menjadi Paving Block.
“Pembuatan paving block akan mengurangi sampah plastik yang akan terus berdatangan di Pulau Santen menjadi produk yang memiliki nilai guna,” kata Ketua tim, Isac yang meraih medali setara perak dalam PIMNAS 2022.
Baca Juga: Ini Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah dari UGM
Mahasiswa Akuakultur SIKIA tersebut menjelaskan proses pembuatan paving block dimulai dari pemanasan drum selama kurang lebih 10 menit. Setelah mencapai suhu panas yang sesuai, sampah plastik dimasukkan ke dalam drum itu hingga mencair.
“Cairan sampah plastik tersebut akan dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk paving block,” kata Isac.
Cetakan yang berisi cairan sampah plastik tersebut diletakkan pada drum yang berisi air hingga paving blok dapat terlepas dari cetakan dengan sendirinya. Paving block tersebut dapat digunakan untuk alas tumpuan langkah di atas tanah kawasan pesisir Pulau Santen maupun dikomersialkan.
Baca Juga: Ronny Rachman Noor: Satwa Liar Bukan Hewan Peliharaan
Ecobricks Pengganti Bata Merah
Mahasiswa KKN Belajar Bersama Komunitas (BBK) Periode 2 Unair di Desa Sidomulyo, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, Jawa Timur membuat program kerja pelatihan ecobricks untuk upaya pemilahan dan pengolahan sampah plastik.
Pelatihan itu dipilih karena banyak warga yang membuang sampah sembarangan, baik di jalanan maupun di sungai. Bahkan masih ada sebagian warga yang membakar sampah rumah tangga.
“Itu mengakibatkan polusi udara di sekitar,” kata Ketua kelompok, Safira Trisna Syahbani.
Discussion about this post