Wanaloka.com – Dilatarbelakangi krisis air minum yang sering dialami di daerah terpencil, tiga mahasiswa Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) — Jell Hilmansyah (Departemen Teknik Elektro), Dwi Prawira Kusuma (Departemen Teknik Kelautan), dan Fajar Dhimas Airlangga (Departemen Teknik Fisika) — membuat inovasi alat. Namanya Alat Desalinasi Terpadu Sistem Ganda alias Anita.
“Inovasi ini berfokus pada metode pengolahan air laut menjadi air siap minum,” kata ketua tim, Jell.
Mengingat banyak sumber air berasal dari laut di kawasan terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T). Masyarakat pesisir pantai biasanya hanya menggunakan metode desalinasi guna memperoleh air bersih. Perbedaannya, dengan bimbingan dosen Ni Ketut Aryani, tim ini berhasil mengintegrasikan dua metode sekaligus untuk menciptakan alat yang lebih efektif dan efisien.
Baca Juga: Atasi Pemanfaatan Ilegal, KLHK Selesaikan Penataan Kawasan Hutan Tahun Ini
“Anita dirancang dengan menggunakan metode desalinasi sekaligus kondensasi. Jadi memanfaatkan air laut dan kabut laut sebagai sumber airnya,” jelas Jell.
Sumber Listrik dari Panel Surya
Pada metode desalinasi, air laut akan dipanaskan hingga mencapai titik didihnya. Usai mendidih, air murni akan terpisah dengan zat pengotornya. Proses pemanasan dilakukan dengan kompor listrik dan membutuhkan daya sebesar 620 kilowatt-jam (kWh) tiap liternya. Guna meminimalisir penggunaan daya listrik tersebut, tim menggunakan panel surya sebagai salah satu sumber energinya.
Air murni yang dihasilkan dari proses desalinasi telah memenuhi standar kualitas air minum, yakni 10 part per million (ppm). Tak hanya itu, Jell menilai, volume air yang dihasilkan sudah mencukupi kebutuhan air minum masyarakat.
Baca Juga: Chusni Ansori, Teliti Pengaruh Geologi pada Situs Budaya Geopark Karangsambung – Karangbolong
Discussion about this post