“Program ini dapat didorong untuk dijalankan di negara-negara anggota PEMSEA melalui pelatihan MRV sebagai mekanisme standar pengurangan emisi GRK, khususnya dari sektor kelautan,” kata Yonvitner.
PNLG Forum adalah forum tahunan bagi jejaring pemerintah daerah yang memiliki wilayah laut di negara-negara Asia Timur. Sebanyak 56 pemerintah daerah dari 12 negara bertemu untuk melaporkan capaian-capaian program pengelolaan pesisir di wilayah masing-masing.
Sebekumnya, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) FPIK IPB University menyelenggarakan International Workshop on Blue Carbon Economy and Policy pada 26 Oktober 2023. Workshop tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketajaman kompetensi akademik Departemen MSP IPB University, khususnya dalam konteks sains Blue Carbon Ecosystems Management and Governance yang diperuntukan bagi mahasiswa dan dosen.
Baca Juga: Teliti Sumber Daya Hayati dan Non Hayati Laut Indonesia, BRIN Libatkan Cina
“Perkembangan ilmu pengetahuan terkait karbon pada ekosistem darat cukup baik. Namun, tidak demikian dengan perkembangan ilmiah tentang karbon di ekosistem perairan yang dikenal dengan istilah karbon biru,” ungkap Dekan FPIK IPB University, Prof. Fredinan Yulianda.
Karbon biru pada ekosistem perairan meliputi karbon pada ekosistem mangrove, ekosistem lamun (sea grass), dan rawa asin. Penghitungan karbon biru pada ekosistem mangrove dapat dilakukan dengan menggunakan metode destruktif atau metode alometrik. Namun, tidak semua jenis mangrove mempunyai rumus alometrik.
Jadi diperlukan sejumlah penelitian untuk membangun rumus alometrik pada sejumlah jenis mangrove yang belum memiliki formula alometrik. Selain itu, metode penghitungan karbon biru di padang lamun dan rawa asin masih jauh tertinggal sehingga memerlukan penelitian yang komprehensif.
Baca Juga: Pemerintah dan Kampus Pilih Optimalkan Gas Bumi dalam Transisi Energi
Para pembicara, Prof Chaterine Lovelock dari Queensland University (Australia) menyajikan paparan bertema tata kelola ekosistem karbon biru di Australia sekaligus menguatkan pentingnya “sciences inclusivity” dalam tata kelola dan kebijakan karbon biru. Sedangkan Dr. Mari Mulyani dari Oxford University (UK) mengingatkan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam tata kelola ekosistem karbon biru terutama dalam konteks pembagian keuntungannya.
Adapun Dr Sali Bache dari Monash University (Australia) menyampaikan beberapa tantangan nasional dan global dalam konteks inklusi sektor kelautan ke dalam Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia berikutnya. Sedangkan Dr Aan Johan Wahyudi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai salah satu pakar utama Indonesia dalam bidang karbon biru dalam paparannya memberikan updates terkait sains karbon biru dan ekosistem karbon biru di Indonesia. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post