Sedangkan upaya pencegahan di rumah dapat dilakukan dengan melakukan good hygiene practices, mencuci kain dengan detergen, memisahkan alat makan orang terinfeksi, mencuci alat makan menggunakan air panas atau air hangat dan sabun dengan memakai sarung tangan, membersihkan permukaan terkontaminasi dengan desinfektan.
Baca Juga: DPR: Pemerintah Harus Infokan Peta Persebaran Kasus Hepatitis Akut
Apabila masyarakat mengalami gejala demam dan ruam diharapkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Sementara upaya pencegahan penularan dari hewan, menurut Wayan dengan berkaca dari wabah cacar monyet di Amerika Serikat tahun pada 2003. Perlu ada pembatasan transportasi hewan dengan aturan yang ketat, terutama hewan dari daerah endemik dan negara-negara dengan wabah tersebut. Apabila ada hewan diduga berkontak dengan hewan terinfeksi perlu dikarantina serta ditangani sesuai dengan standar pencegahan. Kemudian diilakukan observasi gejala cacar monyet selama 30 hari.
“Karena penyakit cacar monyet adalah penyakit zoonotik dan mewabah di Inggris awal bulan Mei lalu,” kata Wayan.
Vaksinasi Sekali Seumur Hidup

Wayan menjelaskan vaksinasi juga bisa mencegah cacar monyet. Dari studi yang dilakukan Regnery 2007, diketahui vaksinasi menggunakan vaksin cacar atau orthopoxvirus lain, seperti virus vaccinia mampu memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi virus monkeypox.
Baca Juga: Apa Saja Manfaat Puasa Bagi Kesehatan yang Anda Rasakan?
Pada 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui vaksin JYNNEOSTM untuk mencegah penyakit cacar monyet dengan efektivitas mencapai 85 persen.
“Sejauh ini, vaksinasi yang ada baru di Amerika dan Rusia. Vaksinasinya sama dengan vaksin cacar air yang cukup diberikan satu kali seumur hidup,” papar Wayan.
Klasifikasi Kasus
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dokter Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan beberapa definisi pasien cacar monyet yang telah ditetapkan Kemenkes. Yakni suspek, probable, konfirmasi, discarded, dan kontak erat.
Pertama, suspek adalah orang dengan ruam akut (papula, vesikel dan/atau pustula). Orang dalam kategori suspek memiliki satu atau lebih gejala, seperti sakit kepala, demam akut di atas 38,5 derajat Celsius, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri otot/Myalgia, sakit punggung, dan asthenia (tubuh lemah).
Baca Juga: Hati-hati, Konsumsi Suplemen Tak Taat Aturan Sebabkan Gagal Ginjal
Kedua, probable adalah seseorang yang memenuhi kriteria suspek. Seperti memiliki hubungan epidemiologis (paparan tatap muka, termasuk petugas kesehatan tanpa APD); kontak fisik langsung dengan kulit atau lesi kulit, termasuk kontak seksual; atau kontak dengan benda yang terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur atau peralatan pada kasus probable atau konfirmasi pada 21 hari sebelum timbulnya gejala.
Riwayat perjalanan ke negara endemis cacar monyet pada 21 hari sebelum timbulnya gejala. Hasil uji serologis orthopoxvirus menunjukkan positif namun tidak mempunyai riwayat vaksinasi smallpox ataupun infeksi orthopoxvirus. Dirawat di rumah sakit karena penyakitnya.
Ketiga, konfirmasi adalah kasus suspek dan probable yang dinyatakan positif terinfeksi virus Monkeypox yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium real-time polymerase chain reaction (PCR) dan atau sekuensing.
Keempat, discarded merupakan kasus suspek atau probable dengan hasil negatif PCR dan atau sekuensing Monkeypox.
Kelima, kontak erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probabel atau kasus terkonfirmasi monkeypox (sejak mulai gejala sampai dengan keropeng mengelupas atau hilang) dan memenuhi salah satu kriteria.
Baca Juga: Vaksin HPV Pencegah Kanker Serviks Masuk dalam Imunisasi Rutin Nasional
Meliputi, kontak tatap muka (termasuk tenaga kesehatan tanpa menggunakan APD yang sesuai), kontak fisik langsung termasuk kontak seksual, kontak dengan barang yang terkontaminasi seperti pakaian, tempat tidur.
Virus yang Cepat Bermutasi

Pada akhir Juni 2022 lalu, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi RSUPN Cipto Mangunkusumo, dokter Robert Sinto mengungkapkan virus monkeypox telah bermutasi sangat cepat. Berdasarkan penelitian sekelompok peneliti di Amerika Serikat, bahwa rata-rata ditemukan 50 mutasi strain baru Monkeypox pada 2022 dibandingkan dengan 2018 sampai 2019.
Mutasi itu menunjukkan karakter yang berbeda antara Monkeypox di negara endemis dengan negara non endemis.
Kemunculan strain baru itu diduga menyebabkan perubahan karakteristik virus. Robert mencontohkan, gejala cacar monyet di negara endemis terlihat dari lesi kulit yang menyebar di seluruh tubuh. Namun setelah terjadi mutasi, lesi kulit hanya terlihat di beberapa bagian tubuh saja, seperti mulut, telapak tangan, muka, dan kaki.
Baca Juga: Penderita TBC Laten Tak Bergejala, Pemerintah Gelar Skrining Tahun Ini
Perbedaan lainnya, cacar monyet di Afrika dapat menginfeksi semua kelompok umur dari anak-anak hingga lansia. Sementara di negara non endemis, kasus cacar monyet didominasi laki-laki dengan rata-rata usia sekitar 37 tahun.
“Tapi penyakit ini tidak segmented. Semua orang memiliki potensi tertular. Saat ini masih dilakukan penelitian oleh WHO,” lanjut Robert.
Strain baru Monkeypox diduga juga mengubah cara penularan menjadi lebih cepat. Akibatnya terjadi kenaikan kasus yang signifikan di berbagai negara.
Mudah Disalahgunakan Menjadi Senjata Biologis
Sementara berdasarkan aspek biosecurity, Diah menyampaikan bahwa cacar monyet digolongkan sebagai select agent yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan United States Department of Agriculture (USDA).
Baca Juga: Kemenkes: Meski Dipertimbangkan, Indonesia Sudah Proses Menuju Endemi Covid-19
“Karena itu adalah agen biologis dan toksin yang telah ditetapkan berpotensi menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, kesehatan hewan dan tumbuhan atau produk hewan atau tumbuhan,” papar Diah.
Meski demikian, beberapa dari agen biologis dan toksin dari cacar monyet secara alami tidak berbahaya dalam bentuk alaminya. Namun apabila dimanipulasi dan dilepaskan dalam jumlah besar akan menimbulkan bencana bagi manusia.
“Agen ini dikategorikan sebagai agen yang mudah disalahgunakan sebagai senjata biologis,” ungkap Diah dalam seminar “Mengenal Lebih Jauh Monkeypox Virus” pada akhir Mei 2022. [WLC02]
Sumber: kemkes.go.id, ugm.ac.id, unair.ac.id, ipb.ac.id
Discussion about this post