“Yang berjumlah kurang lebih 170 personel. Sempat kewalahan menghadapi si jago merah akibat tiupan angin yang cukup kencang,” kata Muhari.
Selain faktor angin, Muhari mengungkapkan, kondisi medan berupa lereng bukit dan tebing curam berbatu ditambah jarak titik api dengan jalan utama cukup jauh, menyulitkan tim gabungan melakukan pemadaman kebakaran di TN Gunung Ciremai .
Baca Juga: Pelatihan Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas Mental Digelar di Yogyakarta
“Tim gabungan telah mengerahkan tiga mobil pemadam kebakaran dan empat kendaraan taktis lainnya untuk mengangkut personel maupun peralatan yang dibutuhkan selama pemadaman. Upaya pemadaman dilakukan hingga malam hari dan tim gabungan juga melakukan patroli guna memastikan titik api sudah tidak ditemukan,” ungkap Muhari.
Berdasarkan hasil kaji cepat sementara, sebut Muhari, luas cakupan yang terbakar telah mencapai kurang lebih 95,56 hektar.
“Hingga saat ini belum diketahui penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan tersebut. Namun menurut catatan, kejadian serupa juga pernah terjadi pada 1 September 2022 di blok Pejaten, Kabupaten Kuningan dengan luas lahan yang terbakar pada saat itu adalah 7,25 hektar,” ujar Muhari.
Puncak Kemarau
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Jatiwangi dan Kertajati menyatakan wilayah Kabupaten Kuningan memasuki puncak musim kemarau tahun 2022 pada bulan Agustus-September.
Pada periode itu, cuaca menjadi panas dan angin bertiup kencang, sehingga fenomena kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan sangat berpotensi terjadi.
Baca Juga: Penyelamatan Orangutan Sumatera dari Kawasan Fragmentasi Hutan di Langkat
BMKG juga memprakirakan bahwa musim penghujan di wilayah Jawa Barat akan masuk di akhir bulan September hingga November. Namun, beberapa wilayah di Jawa Barat menurut tidak akan semua memasuki musim penghujan di waktu yang sama atau mengalami kemunduran.
Muhari menambahkan, sebagai antisipasi dan upaya mitigasi potensi kebakaran hutan maupun kekeringan, BNPB mengimbau kepada seluruh stakeholder agar bersinergi bersama untuk melakukan patroli rutin di lokasi-lokasi rawan kebakaran, seperti pegunungan, perbukitan dan lahan belukar.
Apabila mendapati adanya titik api, maka diharapkan tim gabungan bersama masyarakat dapat segera memadamkan dengan alat yang direkomendasikan.
“Bagi wisatawan maupun para pendaki dan petani agar tidak membuang puntung rokok sembarangan. Apabila harus membuat api unggun atau tungku memasak, pastikan api sudah benar-benar padam sebelum meninggalkan tempat,” pungkas Muhari. [WLC01]
Discussion about this post