Wanaloka.com – Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023, jumlah timbulan sampah mencapai 38,6 juta ton dari 365 kabupaten/kota. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 64,6 juta ton apabila seluruh 514 kabupaten/kota melaporkan. Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah yang semakin kompleks.
“Itulah jumlah sampah di Indonesia yang harus kami atasi bersama. Baik sebagai individu maupun dari para produsen,” ujar Direktur Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Rahmawati dalam acara Pemberian Apresiasi atas Pelaksanaan Peta Jalan Pengurangan Sampah Tahun 2024 di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2024.
Vivien mengklaim pemerintah Indonesia terus mendorong perubahan paradigma pengelolaan sampah dari metode kumpul-angkut-buang menjadi pengurangan sampah dari sumber. Ditambah penerapan prinsip ekonomi sirkular serta tanggung jawab produsen yang diperluas (Extended Producer Responsibility/EPR).
Baca Juga: Masyarakat Pesisir Bahas Keberlanjutan Kelestarian Ekosistem Pesisir Rezim Baru
Sebab tanpa tindakan luar biasa, diperkirakan komposisi sampah plastik akan melonjak dari 19,21 persen pada 2023 menjadi 38,42 persen pada 2050. Peningkatan itu berpotensi mencemari ekosistem dan mengancam kesehatan manusia.
Untuk mengatasinya, menurut Vivien perlu sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Juga tanggung jawab individu dan produsen, karena ada slogan pemerintah, yakni “Sampahku adalah Tangggungjawabku”. Artinya, sampah yang dihasilkan menjadi tanggungjawab diri sendiri.
“Saya minta tolong kepada para produsen yang masih memproduksi barang menggunakan wadah, tolong kami dibantu untuk bisa mengurangi sampah, menarik kembali sampah, mendesain ulang kemasan,” tegas Vivien.
Baca Juga: Pri Utami, Pemanfaatan Energi Geothermal Masih 11 Persen dari Total Potensi 40 Persen di Indonesia
Discussion about this post