Wanaloka.com – Para ahli dari berbagai kampus dan Lembaga riset, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkumpul mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Konsorsium Gempabumi dan Tsunami yang diadakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024. FGD yang mengangkat tema “Ancaman Megathrust dan Sesar Aktif, serta Evaluasi Sistem Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS)” dalam rangka memperkuat kesiapsiagaan bencana di Indonesia dengan menyelenggarakan.
Mereka bersama-sama merumuskan langkah-langkah untuk menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami di tanah air. Salah satunya melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Sistem Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).
Sebab, meski InaTEWS telah berperan besar dalam menyelamatkan nyawa, BMKG bersama para pakar menegaskan perlu peningkatan teknologi, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan big data untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi informasi.
Baca Juga: Lonjakan Sampah Plastik Diprediksi Jadi 38,42 Persen pada 2050
“InaTEWS terus kami kembangkan agar semakin responsif terhadap berbagai kemungkinan, termasuk tsunami akibat aktivitas non-seismik, seperti longsoran bawah laut atau erupsi gunung api,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama menegaskan evaluasi berkala terhadap performa InaTEWS penting, mulai dari kualitas data hingga penyebaran informasi kepada masyarakat.
“Dengan perbaikan yang berkesinambungan, kami berharap sistem ini dapat semakin andal dalam melindungi masyarakat dari ancaman tsunami,” imbuh Nelly.
Baca Juga: Masyarakat Pesisir Bahas Keberlanjutan Kelestarian Ekosistem Pesisir Rezim Baru
Salah satu rekomendasi FGD tersebut adalah meningkatkan penelitian tentang karakteristik sesar aktif dan kolaborasi lintas sektor untuk mengoptimalkan InaTEWS. Harapannya, InatEWS mampu memperkuat kesiapsiagaan bencana di masa depan.
Waspada megathrust dan sesar aktif
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati juga menggarisbawahi pentingnya meningkatkan pemahaman terhadap potensi ancaman yang mungkin terjadi di Indonesia, seperti megathrust dan sesar aktif.
Discussion about this post