Senin, 22 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Masjid Ekoteologi, Tempat Ibadah Sekaligus Pelestari Lingkungan

Mayoritas masjid di kota besar kurang dimanfaatkan secara maksimal. Sebanyak 85 persen masjid di Jakarta hanya digunakan saat salat Jumat, sedangkan di Kuala Lumpur hanya sekitar 2,2 persen.

Sabtu, 2 Agustus 2025
A A
Masjid Al Muharram, salah satu masjid ramah lingkungan yang terletak di Bantul, DIY. Foto Gerakan Sedekah Sampah.

Masjid Al Muharram, salah satu masjid ramah lingkungan yang terletak di Bantul, DIY. Foto Gerakan Sedekah Sampah.

Share on FacebookShare on Twitter

Penyesuaian ini mencakup ventilasi alami, pemanfaatan cahaya matahari, dan perencanaan ruang multifungsi yang bisa digunakan untuk kegiatan sosial seperti edukasi, pelatihan, hingga pengolahan limbah organik.

Baca juga: Forest Bathing, Terapi Redakan Stres Ringan hingga Sedang

Praktik nyata ekoteologi akar rumput

Natsuki mempresentasikan hasil risetnya tentang etika dan praktik aksi lingkungan Islam di Indonesia kontemporer. Kandidat doktor dari Universitas Kyoto ini mengangkat studi kasus Masjid Muharram di Bantul, Yogyakarta yang menjalankan praktik sedekah sampah atau pengumpulan sampah rumah tangga yang masih bisa didaur ulang. Tujuannya untuk dijual dan hasilnya disumbangkan kembali kepada masyarakat.

Natsuki menekankan pendekatannya bersifat antropologis. Dengan menggali bagaimana praktik-praktik keislaman terkait lingkungan dijalankan secara langsung oleh masyarakat.

“Ketika saya meneliti hubungan Islam dan lingkungan di Indonesia, saya melihat ada kekuatan sosial dan spiritual yang menggerakkan masyarakat. Bukan hanya karena fatwa, tapi karena nilai gotong royong, sedekah, dan harapan akan pahala dari Tuhan,” jelas dia.

Baca juga: Peran Kebun Raya Mangrove Surabaya dari Konservasi hingga Ketahanan Pangan

Meskipun sebagian besar pelaku sedekah sampah tidak mengingat isi ceramah atau fatwa secara detail, mereka tetap terdorong untuk ikut serta karena alasan spiritual dan sosial. Beberapa mengaku termotivasi karena ingin memberi manfaat untuk masyarakat, menjaga kebersihan desa, hingga menciptakan koneksi sosial yang lebih kuat antarwarga.

Inisiatif seperti ini, menunjukkan praktik ekoteologi tidak melulu hadir dari teori tinggi. Tetapi hadir dari pengalaman spiritual sehari-hari umat Islam yang menggabungkan tindakan ekologis dengan nilai-nilai ibadah dan solidaritas sosial.

Integrasi ilmu, arsitektur, dan spiritualitas

Keduanya sepakat masjid perlu dilihat kembali fungsinya sebagai ruang hidup umat, bukan semata tempat ibadah. Masjid seharusnya menjadi pusat pendidikan, kesejahteraan sosial, dan pelestarian lingkungan.

Baca juga: Menjaga Mangrove Lewat Stop Buang Sampah, Terbitkan Regulasi dan Gandeng Kampus

Kegiatan ini memperlihatkan pendekatan integratif antara ilmu pengetahuan, arsitektur, dan teologi bisa menjadi fondasi penting dalam merancang masa depan masjid yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang penguatan jejaring riset internasional BRIN sekaligus membuka peluang sinergi antara lembaga riset, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mendorong gerakan masjid ramah lingkungan di Indonesia.

“Topik ini sangat relevan dengan arah kebijakan riset BRIN ke depan. Kami berharap hasil diskusi hari ini bisa ditindaklanjuti dalam bentuk kerja sama, pelatihan, dan desain program riset masjid yang lebih aplikatif,” pungkas Aji. [WLC02]

Sumber: BRIN

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: ekoteologiMasjid Muharrammasjid ramah lingkunganPRAK BRIN

Editor

Next Post
Homalomena renda berasal dari kawasan Tiang Pumpung, Kabupaten Merangin, Jambi. Foto Dok. ITB.

Tiga Spesies Baru Homalomena Ditemukan di Jambi, Sumatra Utara dan Riau

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media