Senin, 27 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Minimalisir Risiko Kecelakaan Laut, Nelayan Ikut Sekolah Lapang Cuaca

Perubahan iklim berdampak pada nelayan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melaut. Salah satu solusinya dengan SLCN. Apakah itu?

Sabtu, 13 Agustus 2022
A A
Ilustrasi nelayan tradisional menangkap ikan. Foto Quangpraha/pixabay.com.

Ilustrasi nelayan tradisional menangkap ikan. Foto Quangpraha/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Upaya meminimalisir kecelakaan laut, nelayan Indonesia perlu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang informasi cuaca maritim melalui Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN). Sekolah itu digelar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di berbagai wilayah pesisir sebagai bentuk dukungan BMKG terhadap pembangunan sektor perikanan dan kelautan Indonesia.

“Risiko kecelakaan laut kecil, produktivitas hasil tangkapan ikan dan kesejahteraan nelayan akan meningkat,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam SLCN 2022 bertema “Dengan SLCN Wujudkan Nelayan Hebat, Selamat dan Sejahtera” di Desa Tayu Wetan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada 10 Agutus 2022. Juli lalu, SLCN serupa juga digelar untuk para nelayan Cilacap.

Lantas apa fungsi SLCN? Bukankah selama ini para nelayan punya cara sendiri untuk memprediksi kapan waktu tepat melaut dan tidak?

Baca Juga: Walhi: Krisis Iklim dan Penangkapan Ikan Terukur Sebabkan Jumlah Nelayan Turun

Persoalannya, cuaca masa ini tak mudah ditebak seiring perubahan iklim. Musim kemarau masih diwarnai hujan, bahkan di beberapa daerah hujan deras dan banjir. Selama ini, Dwikorita menjelaskan, BMKG bertugas melakukan observasi, analisis, dan prakiraan kondisi cuaca, iklim hingga gelombang.

Cuaca ekstrem di laut tidak jarang mengakibatkan kecelakaaan laut yang fatal. Sewaktu-waktu terjadi peringatan dini, BMKG bisa menyebarluaskan informasi prakiraan.

“Dan informasi itu harus dipahami oleh pengguna. Pengguna yang membutuhkan di laut adalah nelayan,” ucap Dwikorita.

Baca Juga: Diserang Buaya 3 Meter, Sampan Nelayan Pelalawan Karam

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: gelombang tingginelayanperubahan iklimriiko kecelakaanSekolah Lapang Cuaca NelayanSLCN

Editor

Next Post
BKSDA Aceh berhasil selamatkan harimau sumatra korban jerat. Foto ppid.menlhk.go.id.

Gerak Cepat BKSDA Aceh Selamatkan Harimau Sumatra Korban Jerat

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media