Senin, 19 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Walhi: Krisis Iklim dan Penangkapan Ikan Terukur Sebabkan Jumlah Nelayan Turun

Selain krisis iklim, sejumlah kebijakan Pemerintah Indonesia dinilai membuat jumlah nelayan menurun karena banting setir. Apa yang terjadi?

Kamis, 7 April 2022
A A
Ilustrasi nelayan tradisional menangkap ikan. Foto Quangpraha/pixabay.com.

Ilustrasi nelayan tradisional menangkap ikan. Foto Quangpraha/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Berdasarkan dokumen Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2021, jumlah nelayan di Indonesia terus mengalami penurunan dalam satu dekade terakhir. Pada 2010, jumlah nelayan tercatat sebanyak 2.16 juta orang dan turun menjadi 1.83 juta orang pada 2019. Artinya, terdapat penurunan jumlah nelayan sebanyak 330.000 orang sepanjang tahun 2010–2019.

“Penyebab penurunan jumlah nelayan karena krisis iklim dan ekspansi industri ekstraktif di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil,” kata Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Parid Ridwanuddin dalam siaran pers tentang Peringatan Hari Nelayan, 6 April 2022.

Terkait dengan krisis iklim, nelayan di berbagai wilayah di Indonesia sangat terdampak karena aktivitas menangkap ikan di laut sangat mengandalkan cuaca yang bersahabat. Jika cuaca di laut tidak bersahabat, maka nelayan tidak bisa pergi melaut. Selain itu, krisis iklim membuat nelayan sulit memprediksi cuaca. Selain memperburuk cuaca, gelombang di laut menjadi semakin tinggi akibat krisis iklim. Kondisi ini memaksa nelayan tidak melaut.

Baca Juga: Catatan Hari Meteorologi Dunia 2022: Indonesia Belum Punya Satelit Deteksi Dini Bencana

Akibat krisis iklim, nelayan di Indonesia hanya bisa pergi melaut selama 180 hari atau enam bulan dalam satu tahun. Kondisi ini memperburuk kehidupan sosial dan ekonomi nelayan sehingga memaksa mereka beralih profesi.

“Krisis iklim juga telah menyebabkan kematian nelayan di perairan Indonesia terus meningkat,” kata Parid.

Walhi mencatat pada 2020, jumlah nelayan yang meninggal di laut tercatat sebanyak 251 orang. Angka ini mengalami peningkatan dari 2010 yang jumlahnya hanya 86 orang.

Baca Juga: Analisis Gempa Yogyakarta 4,5 Magnitudo, Daryono: Patut Disyukuri Belum Ada Laporan Kerusakan

Mendatang, krisis iklim akan terus memperburuk kehidupan nelayan di Indonesia. Bedasarkan laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang terbit pada 28 Februari 2022, krisis iklim dilaporkan akan memperparah peningkatan suhu dan memaksa ikan berpindah dari wilayah tropis serta akan mengurangi pendapatan Indonesia dari penangkapan ikan sebesar 24 persen. Di Asia Tenggara, 99 persen terumbu karang akan mengalami pemutihan dan mati karena krisis iklim pada 2030 dan 2050. Kemudian 95 persen terumbu karang akan mencapai kategori level ancaman tertinggi sehingga berdampak pada perikanan yang bergantung dengan karang.

Ancaman Industri Ekstraktif 

Penurunan jumlah nelayan di Indonesia sangat erat dengan ekspansi industri ekstraktif di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil. Di wilayah pesisir, nelayan harus berhadapan dengan ekspansi proyek reklamasi dan pertambangan di Indonesia. Berdasarkan data Walhi, sebanyak 747.363 keluarga nelayan di Indonesia terdampak oleh proyek reklamasi. Sampai dengan 2040, pemerintah Indonesia merencanakan wilayah reklamasi seluas 2.698.734,04 hektare dari angka 79.348 hektare pada 2020.

Pemerintah Indonesia juga mendorong ekspansi proyek pertambangan di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil yang menyebabkan lebih dari 35 ribu keluarga nelayan di Indonesia kehilangan ruang hidupnya. Selain itu, kawasan perairan dari 6.081 desa pesisir telah tercemar limbah pertambangan. Sampai dengan 2040, pemerintah telah merancanakan proyek pertambangan di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil seluas 12.985.477 hektare.

Baca Juga: Puasa Bikin Tubuh Lemas dan Lapar? Coba Cek Menu Sahur Anda

Penangkapan Ikan Terukur

Ilustrasi ikan laut. Foto anaterate/pixabay.com.
Ilustrasi ikan laut. Foto anaterate/pixabay.com.

Salah satu industri ekstraktif yang kini didorong oleh pemerintah Indonesia adalah kebijakan penangkapan ikan terukur.

“Kebijakan ini merupakan aturan turunan dari UU Cipta Kerja yang telah diputus oleh Mahkamah Konstitusi sebagai inkonstitusional bersyarat,” kata Parid mengingatkan.

Melalui kebijakan penangkapan ikan terukur, pemerintah akan memberikan konsesi kepada sejumlah korporasi besar untuk menangkap ikan berdasarkan kuota di sejumlah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dengan sistem kontrak selama jangka waktu tertentu. Dengan sistem kuota kontrak, perusahaan penangkapan ikan akan mendapat keistimewaan luar biasa. Sebab 66,6 persen kuota sudah dikuasai oleh perusahaan dan bisa tambah sampai 95 persen.

Kebijakan ini akan mendorong persaingan bebas antara nelayan dengan kapal-kapal besar di lautan Indonesia. Kebijakan penangkapan ikan terukur adalah bentuk privatisasi, swastanisasi, dan liberalisasi sumber daya ikan di Indonesia yang meminggirkan nelayan dari ruang hidupnya.

Baca Juga: Ini Sumber Gempa Bukittinggi, Lindu Tahun 1926 Ratusan Orang Meninggal Dunia

“Penangkapan ikan terukur adalah karpet merah yang diberikan kepada korporasi untuk mengeksploitasi sumber daya ikan,” kata Parid.

Nantinya, kebijakan tersebut akan mendorong penurunan jumlah nelayan di Indonesia yang selama ini berjasa bagi penyediaan pangan di Indonesia.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: IPCCKKPkrisis iklimnelayanpenangkapan ikan terukurUU Cipta KerjaWalhiWPP

Editor

Next Post
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto berbicara strategi penanganan bencana karhutla, Rabu, 6 April 2022. Foto Dok BNPB.

2 Tahun Terakhir Tren Kasus Karhutla di 6 Provinsi Ini Turun

Discussion about this post

TERKINI

  • Pusat gempa dangkal 5,2 magnitudo yang mengguncang Kota Mataram, Lombok Barat, pada Minggu, 18 Mei 2025. Foto tangkap layar Google Earth berdasarkan koordinat gempa BMKG.Kota Mataram Diguncang Lindu 5,2 Magnitudo Dirasakan Skala III MMI
    In News
    Minggu, 18 Mei 2025
  • Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dilanda bencana hidrometeorologi, banjir bandang pada Selasa, 13 Mei 2025. Foto BPBD Lumajang.Bencana Hidrometeorologi Landa Pulau Jawa dan Sulawesi Menelan Korban Jiwa
    In Bencana
    Kamis, 15 Mei 2025
  • Guru Besar Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Prof. Gunanti. Foto Dok. IPB University.Gunanti, Ayo Kolaborasi Shelter dan Animal Welfare untuk Hewan Terlantar
    In Sosok
    Rabu, 14 Mei 2025
  • Proses pencarian lanjutan pendaki hilang di Gunung Binaya di Maluku Tengah, 12-19 Mei 2025. Foto Dok. Balai TN Manusela.Pencarian Pendaki Hilang di Gunung Binaya Dilanjutkan Hingga 19 Mei 2025
    In News
    Rabu, 14 Mei 2025
  • Daun kelor. Foto Dok. Unair.Makanan Tambahan dengan Daun Kelor, Gizi Balita Stunting di Gunungkidul Alami Perbaikan
    In IPTEK
    Selasa, 13 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media