Sistem peringatan dini longsor yang diterapkan terdiri atas tujuh sub-sistem utama yakni, penilaian risiko, sosialiasi, pembentukan tim siaga bencana, pembuatan panduan operasional evakuasi, penyusunan prosedur tetap, pemantauan, peringatan dini dan geladi evakuasi,membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem.
Afrial menambahkan, penerapan sistem peringatan dini ini merupakan pendukung terbentuknya desa tangguh bencana (Destana), yang merupakan cikal bakal terwujudnya ketangguhan bangsa.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Selo mengemukakan, selain sistem peringatan dini longsor, UGM juga telah mengembangkan sistem peringatan dini banjir bandang, aliran lahar dan tsunami.
Baca Juga: Konflik Orangutan Tapanuli dengan Warga Sipirok Berakhir Menggembirakan
Menurutnya, evaluasi kegiatan pemasangan sistem peringatan dini sebelumnya sangat penting, dan UGM berkomitmen untuk terus mengawal operasional sistem ini dan terus mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk menjawab tantangan ke depan.
Dalam penandatanganan perjanjian itu, Selo menyampaikan apresiasi atas dukungan dan kepercayaan BNPB terhadap aplikasi produk-produk riset antar-disiplin di bidang kebencanaan yang telah dibangun Fakultas Teknik UGM.
BNPB berkerja sama dengan UGM dan BSN, saat ini telah berhasil menyusun SNI 8235:2017, SNI 8840:2019, ISO 22327:2018 dan ISO 22328-1:2020 tentang sistem peringatan multi bencana.
Selanjutnya, BNPB bersama BMKG, UGM dan BSN sedang menyusun SNI dan ISO tentang sistem peringatan dini tsunami, yang berikutnya diikuti dengan sistem peringatan dini banjir dan letusan gunung api. [WLC01]
Discussion about this post