Para ilmuwan juga sejak lama memprediksi wilayah yang menjadi orbit bintang tersebut sebagai lubang hitam. Pola orbit yang terbentuk memberikan bukti, bahwa Sagitarius A* adalah lubang hitam supermasif di tengah galaksi. Fenomena ini sekaligus menjadi pembenaran dari teori relativitas umum Einstein yang akhirnya terbukti setelah 100 tahun lamanya.
Baca Juga: Arif Nur Muhammad, Temukan Vaksin Covid-19 Halal Tanpa Penolakan Tubuh
“Seiring teknologi yang terus berkembang, penelitian lubang hitam mencapai suatu titik di mana manusia tidak hanya sekadar dapat mendengar atau merasakan. Namun juga bisa melihat wujud lubang hitam,” papar Ho.
Tantangan utama yang dihadapi para astronom dalam merekonstruksi gambar lubang hitam adalah jauhnya jarak bumi dengan lubang hitam itu sendiri. Dengan metode observasi konvensional, dibutuhkan sebuah teleskop seukuran bumi untuk menangkap gambar lubang hitam.
Namun para astronom mengakalinya dengan teknik Very Long Baseline Interferometry (VLBI) yang menggabungkan beberapa teleskop di berbagai belahan bumi. Teleskop-teleskop ini bekerja bersama membentuk citra lubang hitam secara utuh melalui penggabungan gelombang radio yang ditangkap oleh masing-masing teleskop.
Baca Juga: Mengenal Komet ZTF yang Melintas secara Hiperbola Sekali Seumur Hidup
“Ide utama dari VLBI adalah merekayasa teleskop seukuran bumi untuk menangkap gambar utuh layaknya rangkaian cermin. Perhitungannya harus benar-benar presisi,” jelas Ho.
Dalam kolokium tersebut, Ho mengingatkan bahwa ilmu astronomi yang berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir turut menstimulasi negara-negara Asia. Terutama yang berada di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia untuk ikut serta dalam penelitian astronomi skala internasional. Apalagi dengan besarnya potensi sumber daya manusia dan Gross Domestic Product (GDP) yang dimiliki negara-negara ini, semakin besar pula kemungkinan untuk menjadi perintis penelitian-penelitian astronomi baru.
Ho juga mengungkapkan satu pencapaian Observatorium Bosscha yang tidak banyak diketahui. Observatorum tersebut turut berkontribusi dalam pengambilan foto event horizon black hole pada 12 Mei 2022 lalu. Bahkan observatorium yang tergabung dalam jaringan East Asian Observatories (EAO) dan ITB sebagai koordinator nasional itu ikut dalam pengumpulan citra radio event horizon. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post