Wanaloka.com – Dalam rangka memperingati Hari Internasional untuk Keanekaragaman Hayati Internasional (International Day for Biological Diversity/IDB) tiap 22 Mei, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengadakan pertemuan para pakar dan akademisi untuk berdiskusi tentang pembangunan Pusat Plasma Nutfah Indonesia dan Taman Wisata Mangrove. Kedua pembangunan
direncanakan untuk mendukung pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, dimana IKN sebagai smart dan forest city, sekaligus ibu kota sebagai sumber kehidupan.
Pertemuan bertema “Membangun Masa Depan Bersama untuk Semua Kehidupan” dipandu oleh Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Hartono dan Penasihat Senior Menteri LHK, Soeryo Adi Wibowo. Juga dihadiri pejabat lingkup KLHK dan pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Universitas Gajah Mada, Universitas Mulawarman, pakar mangrove, Ketua Forum Pohon Langka Indonesia, dan praktisi kehutanan dan lingkungan, perikanan, kedokteran hewan, pertanian.
Baca Juga: Target FoLU Net Sink 2030 Indonesia akan Didukung Teknik Silvikultur Intensif
Diskusi diawali dengan rencana pembangunan Pusat Plasma Nutfah Indonesia yang merupakan konsepsi perlunya pusat plasma nutfah untuk melindungi keanekaragaman hayati, khususnya di level genetik. Salah satu tujuan pusat plasma nutfah di IKN adalah menjadi center of excellence atas implementasi teknologi terhadap pengembangan plasma nutfah. Sekaligus sebagai Pusat Data dan Informasi keanekaragaman sumber daya genetik di Indonesia, berbasis network dan kolaborasi para pihak.
Komponen pusat plasma nutfah antara lain terdapat biobank, laboratorium Asissted Reproduction Technology dan kultur jaringan, persemaian atau kebun benih dan tegakan benih, arboretum, koleksi (xylarium, herbarium, museum) dan lainnya yang dapat merepresentasikan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Diskusi kedua tentang pembangunan Taman Wisata Mangrove sebagai komitmen Indonesia dalam isu perubahan iklim dan restorasi hutan. Tujuan pembangunan taman mangrove untuk mengurangi dan mencegah dampak lingkungan dalam pembangunan IKN. Harapannya, memberikan fungsi konservasi atas keanekaragaman hayati, menjaga dan melindungi kota dari dampak abrasi, mendukung ekowisata berbasis komunitas lokal, sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen yang memberikan manfaat pada kualitas udara, air, dan suhu pada wilayah tersebut.
Baca Juga: Dwikorita Karnawati: Zero Victim Tercapai Apabila Early Warning dan Early Action Sejalan
Dalam tata kelola lanskap mangrove memerlukan aksi-aksi yang terkoordinasi dengan melibatkan para pihak dalam pengelolaan unit lanskap. Untuk mewujudkannya diperlukan perumusan arah kebijakan dan target, pengembangan kerangka hukum melalui kebijakan atau aturan perundangan dan design kelembagaan.
Melalui pendekatan berbasis ekosistem (ecosystem approach), keanekaragaman hayati diharapkan mampu menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun kembali aspek kesehatan, ketahanan pangan, iklim, air hingga mata pencaharian yang baik dan berkelanjutan. Di tingkat global nature-based solution menjadi hal utama dalam menterjemahkan bagaimana alam memberikan kontribusi kepada kehiduan manusia dan bagaimana manusia menjaga alam sehingga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam dan lingkungan dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan.
Baca Juga: RI-AS Tandatangani MoU Dukungan terhadap FOLU Net Sink 2030
Dari rencana pembangunan Pusat Plasma Nutfah Indonesia dan Taman Wisata Mangrove diharapkan Indonesia menjadi negara yang mengimplementasikan nature-based solution dan dapat menjadi contoh nyata (leading by example) di tingkat nasional maupun global.
Kick Off Persemaian Mentawir
Sebelumnya, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar telah melakukan kick off atau resmi memulai pembangunan Persemaian Mentawir di IKN pada 18 Mei 2022. Persemaian tersebut disiapkan sebagai penyuplai bibit untuk rehabilitasi lahan dan pemulihan lingkungan di kawasan IKN sekitarnya.
Lokasi persemaian berupa lahan seluas 120 ha di kawasan hutan produksi di Desa Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Sarana utama persemaian seluas 32,5 ha akan dibangun di area ini untuk memproduksi bibit lebih kurang 15 juta batang per tahun.
Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, Ini yang Boleh Melepas dan yang Harus Pakai Masker
“Refleksi yang ingin disampaikan pemerintah dalam pembangunan persemaian ini, bahwa pemulihan lingkungan berlangsung beriringan dengan pembangunan infrastruktur IKN,” ujar Siti.
Discussion about this post