Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Riset Konservasi dan Rehabilitasi Hasilkan Temuan Manfaat Mangrove dari Akar hingga Buah

Konservasi bukan sekadar menyimpan keanekaragaman, tetapi juga memastikan kelestarian ekosistem penyangganya. Jika ekosistem hilang, maka spesies pun akan hilang.

Kamis, 28 Agustus 2025
A A
Susur dan Tanam Mangrove di Ekowisata Mangrove Wonorejo di Surabaya, Jawa Timur oleh Delegasi AUN Summer Camp 11-20 Agustus 2025. Foto Istimewa.

Susur dan Tanam Mangrove di Ekowisata Mangrove Wonorejo di Surabaya, Jawa Timur oleh Delegasi AUN Summer Camp 11-20 Agustus 2025. Foto Istimewa.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, mencapai sekitar 3,11 juta hektare atau 22,6 persen dari total ekosistem mangrove global. Kekayaan ini mencakup 246 jenis mangrove, termasuk 48 jenis mangrove sejati yang mempunyai jumlah terbanyak di Asia Tenggara.

Ekosistem ini berperan vital sebagai penyerap karbon, pelindung pantai, habitat fauna, sumber daya ekonomi, dan penopang kehidupan masyarakat pesisir. Namun, keberadaannya kian terancam akibat alih fungsi lahan, penebangan, perubahan sistem hidrologi, pencemaran, hingga invasi spesies asing.

Salah satu kawasan terdampak adalah Segara Anakan di Cilacap, Jawa Tengah. Sedimentasi tinggi yang mengubah sistem hidrologi, penebangan, alih fungsi lahan mangrove, dan pencemaran telah menggerus fungsi ekologis kawasan ini. Akibatnya, kualitas hidup masyarakat yang menggantungkan hidup pada ekosistem mangrove, menurun.

Baca juga: Perubahan Iklim Sulit Diprediksi, BMKG Gunakan Kecerdasan Buatan

Menjawab tantangan ini, Pusat Riset Ekologi (PRE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara menandatangani Perjanjian Kerja Sama dalam penelitian, pengembangan, inovasi, dan pendampingan rehabilitasi serta pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. Penandatanganan berlangsung di Kantor Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara, Bogor, Rabu, 13 Agustus 2025.

Kerja sama ini meliputi riset ekologi dan restorasi, pengumpulan data flora-fauna, kajian pengelolaan sumber daya mangrove (etnoekologi dan etnokonservasi), kajian pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat lokal, stasiun lapangan sebagai hub kegiatan konservasi dan restorasi mangrove, hingga publikasi hasil penelitian.

Sinergi ini diharapkan menghasilkan data dan rekomendasi yang dapat memperkuat kebijakan konservasi dan meningkatkan kesadaran publik terhadap pentingnya perlindungan ekosistem mangrove.

Baca juga: Jatam Menduga Badan Industri Mineral untuk Memfasilitasi Pengusaha Tambang Rakus

“Konservasi bukan sekadar menyimpan keanekaragaman, tetapi juga memastikan kelestarian ekosistem penyangganya. Kalau ekosistem hilang, maka spesies pun akan hilang,” tegas Kepala Pusat Riset Ekologi BRIN, Asep Hidayat.

Asep menekankan pentingnya kajian ekosistem mangrove secara menyeluruh melalui riset inovatif dan pendampingan masyarakat. Ia juga menggarisbawahi perlunya jejaring lintas pihak, baik dengan yayasan, pemerintah, maupun mitra internasional, untuk menjangkau berbagai ekosistem alami yang perlu diteliti sebagaimana tercantum dalam dokumen Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP).

Ia berharap kerja sama ini tidak berhenti pada seremoni, tetapi menghasilkan dampak nyata, termasuk proyek bersama dan potensi kemitraan dengan lembaga internasional seperti Japan Society for the Promotion of Science (JSPS). PRE BRIN kini berfokus pada empat aspek riset, yakni fungsi ekosistem, penilaian nilai ekosistem, rehabilitasi dan pemanfaatan berbasis respons biodiversitas, serta kajian etno-ekologis yang melibatkan pengetahuan lokal.

Baca juga: Sama-sama Menyengat, Lebah adalah Herbivor dan Tawon adalah Predator

Ketua Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara, Irfan Yulianto, menyampaikan organisasi yang awalnya bergerak di bidang dokumentasi lapangan kini memperkuat basis sains untuk konservasi sumber daya alam. Yayasan beranggotakan sekitar 100 orang, mulai dari peneliti hingga komunikator publik berbasis ilmiah, dan terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk BRIN.

Kerja sama difokuskan pada konservasi ekosistem mangrove di Pulau Jawa, dengan cakupan awal di Cilacap, Demak, dan Jepara, serta rencana perluasan ke wilayah lain di Jawa Barat dan Banten. Menurut Irfan, salah satu komitmen utama adalah melakukan riset posisi dan kondisi hutan mangrove di hampir seluruh Pulau Jawa selama lima tahun ke depan, dengan dukungan pendanaan yang telah disiapkan.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi BRIN sekaligus penanggung jawab kegiatan, Suyadi, menjelaskan bahwa riset akan mencakup kajian dari hulu hingga hilir agar manfaatnya langsung dirasakan masyarakat.

Baca juga: Peluncuran Naskah Akademik RUU Keadilan Iklim, Politisi Janjikan Masuk Prolegnas 2026

Temuan-temuan riset seperti biostimulan “pupuk mangrove”, bioremediasi untuk mengurangi pencemaran minyak, metode budidaya kepiting berbasis ekosistem mangrove, dan inovasi lainnya. Riset atas temuan-temuan itu diharapkan dapat diterapkan untuk konservasi dan restorasi ekosistem masyarakat berbasis desain ekosistem, bioteknologi, dan komunitas (pemberdayaan masyarakat).

Suyadi menambahkan potensi mangrove tidak hanya terbatas pada fungsi ekologis, tetapi juga pada produk turunannya, seperti keripik mangrove, batik mangrove, dan kegiatan wisata. Pemanfaatan ini melibatkan mitra lokal untuk mentransformasikan hasil riset dan inovasi menjadi manfaat ekonomi nyata.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: BRINEkowisata Mangrove WonorejoHutan mangroveUnair

Editor

Next Post
Warga Wadas menggelar aksi tutup mulut menolak pengukuran tahap II untuk penambangan andesit, 14 Juli 2022. Foto: Dok. Gempadewa.

UU Cipta Kerja yang Melegitimasi Perampasan Ruang Hidup Digugat di MK

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media