Wanaloka.com – Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbulan sampah nasional selama Ramadan mengalami kenaikan rata-rata 20 persen akibat sisa makanan dan sampah kemasan.
Direktur Pengurangan Sampah KLHK, Sinta Saptarina mencontohkan sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo Surabaya per hari mencapai sekitar 1.500-1.600 ton. Namun jumlahnya meningkat 100-200 ton per hari saat Ramadan.
Kemudian laporan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan juga mencatat kenaikan timbulan sampah sebesar 5-10 persen dibandingkan hari biasa, yakni sekitar 970 ton per hari.
Baca Juga: Ini Tahapan Konversi Motor BBM ke Listrik Lewat Platform Digital
Sementara sampah organik berupa sisa makanan mendominasi komposisi sampah tertinggi di Indonesia, yakni mencapai 41,2 persen. Kemudian diikuti sampah plastik 18,2 persen. Sedangkan sampah rumah tangga menyumbang jumlah sampah nasional terbesar mencapai 39,2 persen.
Apabila sampah tidak dapat terkelola dengan baik dapat berdampak buruk bagi kesehatan, berpotensi mencemari lingkungan, hingga peningkatan emisi karbon.
Sinta pun mengingatkan bulan Ramadhan merupakan momentum bagi umat muslim di seluruh dunia untuk memaksimalkan kebaikan dengan menahan diri dan nafsu. Tidak hanya menebar kebaikan kepada sesama manusia, tetapi juga bertindak menjaga bumi dan seisinya. Dengan menggaungkan semboyan “Ramadan Minim Sampah”, KLHK mengajak masyarakat Indonesia untuk mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan sepanjang bulan puasa.
Baca Juga: Penebangan Liar Picu Banjir Bandang Sumbawa 12 Rumah Hanyut
“Melalui Ramadhan Minim Sampah, kami mengajak masyarakat Indonesia untuk memberikan keteladanan dengan perubahan kecil terkait sampah,” kata Sinta dalam Diskusi Pojok Iklim, Rabu,5 April 2023.
Ia kemudian mencontohkan sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan selama Ramadan. Seperti membawa wadah makanan guna ulang dan tas belanja sendiri saat membeli takjil, mengonsumsi makanan secukupnya, hingga memilah sampah dari rumah untuk mendorong ekonomi sirkular.
“Berbagai langkah sederhana ini dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat lain untuk bersama-sama mengubah perilaku lebih ramah lingkungan,” imbuh Sinta.
Baca Juga: Polusi Udara Penyebab 5 Penyakit Respirasi Berisiko Kematian Tertinggi
Discussion about this post