Wanaloka.com – Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rumah Amal Salman turun tangan mendirikan shelter unik dari bambu untuk tempat pengungsian sementara bagi penyintas gempa Cianjur, Jawa Barat. Shelter bambu tersebut dirancang oleh desainer dan dosen Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, Dr.-ing. Andry Widyowijatnoko.
Keunikan dari shelter bambu yang didesain itu adalah, pertama, dapat dibangun dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk membangun shelter bambu hanya satu hari mulai dari peletakan rangka pertama sampai siap dihuni. Rahasia dari proses konstruksi yang cepat terletak pada teknik pemasangan yang sederhana. Juga kekuatan struktur yang bergantung pada kekuatan bentuk yang menghasilkan ruang.
Meskipun secara tradisional, masyarakat di sana sudah familier dengan bambu. Namun, menggabungkan teknik pasang mur-baut dengan bambu adalah hal baru.
Baca Juga: Nana Sulaksana, Daerah Perlu Otonomi agar Cepat Sampaikan Peringatan Dini Erupsi Gunung Api
“Untungnya, mereka mudah mengadaptasi teknik ini dan cepat ikut kontribusi dalam proses konstruksi,” jelas Andry pada 1 Desember 2022.
Kedua, shelter bambu itu didesain dapat menampung banyak orang hingga 50 orang lebih. Serta mampu memberi kenyamanan kepada pengungsi.
Lazimnya, ukuran standar shelter untuk korban bencana atau mitigasi bencana adalah 5,5 meter x 12 meter dengan tinggi 3,25 meter. Selain itu, tenda-tenda lain menggunakan material penutup berupa terpal. Sifat terpal mengalirkan panas dari matahari ke ruang di bawahnya secara langsung. Akibatnya, dengan ketinggian yang lebih minim, pengungsi akan menerima aliran panas tersebut.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tegaskan Warga di Episenter Gempa Cianjur Prioritas Direlokasi
Shelter desain Dosen ITB ini juga menggunakan terpal untuk atap. Bedanya, shelter ini mampu memberikan rasa nyaman yang lebih bagi pengungsi. Sebab, ketinggian minimum shelter ini mencapai 5 meter dengan ukuran bentang mencapai 8 meter x 12 meter. Artinya, paparan panas tidak mengganggu ruang di bawahnya.
“Laporan yang saya terima dari tim lapangan menyatakan warga di sana merasa lebih sejuk dan nyaman ketika berada di shelter bambu ini,” kata Andry.
Desain shelter bambu ini mampu berdiri sampai enam bulan. Saat ini, juga telah berdiri shelter komunitas untuk masjid darurat dan telah diresmikan saat sholat Jumat pada 2 Desember 2022.
Discussion about this post