Menanggapi hal tersebut, Wakil Rektor IPB University Bidang Riset, Inovasi dan Pengembangan Agromaritim, Prof. Ernan Rustiadi menyebut begitu besar peranan perempuan petani.
“Selama ini, tokoh petani seringkali diasumsikan sosok laki-laki. Padahal, ada peran yang signifikan oleh petani perempuan sehingga enam bidang tersebut perlu disuarakan,” ucap dia.
Terkait arah pembangunan pertanian ke depan dalam menghadapi perubahan iklim, Ernan menyampaikan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pertanian akan diarahkan menuju pertanian regeneratif.
Baca Juga: Tim Advokasi Tolak Tambang Ajukan Uji Materiil PP 25 yang Berikan IUPK untuk Ormas Agama
“Pertanian regeneratif bertujuan untuk meningkatkan kualitas lahan dengan merehabilitasi dan merevitalisasi seluruh ekosistem, seperti tanah dan air. Selain itu, pendekatan ini juga mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mendorong penggunaan pupuk yang berbasis agen hayati,” papar Ernan.
Saat ini, IPB University telah mengembangkan banyak varietas yang ramah dan adaptif terhadap perubahan Iklim. IPB University telah memiliki 130 varietas baru yang berorientasi tahan iklim. Termasuk di antaranya padi yang tahan di lahan kering.
“Kami akan memberikan perhatian khusus inovasi yang ramah gender. Ke depan, IPB University sangat konsen terhadap pertanian modern dengan teknologi baru, untuk itu IPB University mendirikan Program Studi Smart Agriculture,” imbuh dia.
Baca Juga: Anggota DPR dan Akademisi Satu Suara Tolak Kebijakan Ekspor Pasir Laut
Kepala Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University, Prof. Hermanu Triwidodo berharap, TNC bisa menjadi penghubung antara petani dan nelayan dengan para peneliti dan akademisi sehingga lahir kerja kolektif dalam mendorong perbaikan di sektor pertanian.
“Kegiatan ini diharapkan dapat membangun silaturahmi yang hampir padam. Kami berharap para petani perempuan pejuang dapat mencurahkan pengalaman di lapangan sebagai bagian dari upaya refleksi pada acara ini,” ujar Hermanu.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Kenduri Tani yang bertema “Refleksi Petani Nusantara: Adaptasi terhadap Perubahan Iklim dan Kebijakan Pertanian” yang berfokus pada peran strategis petani perempuan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kebijakan sektor pertanian.
Baca Juga: Yang Unik dari Bencana Palu 2018 , Gempa Bumi Berpusat di Darat yang Memicu Tsunami
Kegiatan ini dihadiri oleh petani perempuan dari berbagai daerah, seperti Banyuwangi, Blitar, Yogyakarta, Bogor, Manggarai Barat, Pasuruan, Tuban, Pati, Banyumas, Tegal, Brebes, Garut, Indramayu, dan Subang. Mereka berdiskusi tentang pengalaman dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin dirasakan di sektor pertanian.
Dalam suasana inklusif, para petani perempuan berbagi tantangan serta strategi adaptasi mereka untuk menggali lebih dalam permasalahan yang dihadapi petani perempuan serta solusi praktis yang dapat diimplementasikan
Nantinya, hasil diskusi ini menjadi bahan masukan dalam perumusan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap perubahan iklim di sektor pertanian. Acara ini juga menjadi pengingat bahwa ketahanan pangan tidak hanya dibangun di lahan pertanian, tetapi juga dalam kebijakan yang mendukung petani, terutama perempuan, yang selama ini sering kali terpinggirkan dalam pengambilan keputusan. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post