Sementara salah satu warga, Sanusi Samsir dalam orasinya mengatakan, bahwa masyarakat sudah terlalu lama bersabar. Ia menilai perusahaan hanya menampilkan narasi kemajuan tanpa pernah memperhatikan dampak terhadap warga kawasi.
“Kami tidak menginginkan lebih, kami hanya menolak diperlakukan seperti ini. Kalau listrik dan air bersih saja tidak bisa diberikan, bagaimana mungkin kami bisa percaya Harita peduli terhadap lingkungan dan sosial di desa kawasi?” tegas dia.
Baca juga: KKP Klaim Sertifikasi Udang Bebas Cs-137, Petambak Lampung Lapor Harga Masih Anjlok
Kordinator aksi, Ucok S. Dola juga menyampaikan bahwa pihak perusahaan tidak hanya mengabaikan kesepakatan, namun secara sistematis mengurangi ruang hidup dan ruang demokrasi warga.
“Kami sudah berulang kali mengajukan dialog, tetapi selalu dijawab dengan janji kosong. Yang terjadi justru intimidasi, bukan penyelesaian. Warga hanya ingin hidup layak di tanah mereka sendiri, bukan menjadi korban demi kepentingan ekonomi negara” tegas Ucok.
Selain krisis air dan listrik, warga juga ingin memperlihatkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan ke PT Harita Group akibat debu industri yang terus meningkat selama satu dekade terakhir. Sejumlah anak dan lansia yang mengalami infeksi saluran pernapasan turut hadir di tengah masa aksi. Namun hingga masa membubarkan diri, tidak ada langkah keseriusan yang dilakukan pihak perusahaan. Kondisi ini memperkuat alasan warga untuk terus melakukan aksi pemboikotan sebagai bentuk perlawanan.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Bencana Hidrometeorologi Landa Sejumlah Provinsi Satu Orang Tewas
Dalam kesempatan sama, Walhi Malut mengingatkan aksi warga Kawasi adalah bentuk ekspresi demokrasi yang dijamin undang-undang. Pemerintah daerah dan aparat keamanan diminta bertindak netral serta tidak menjadi alat pembungkaman kepentingan korporasi. Mereka juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Komnas HAM, dan Ombudsman RI untuk turun tangan menyelidiki kasus pelanggaran hak dasar dan dugaan pembiaran oleh perusahaan.
Rencananya, aksi ini akan kembali dilakukan dalam beberapa hari ke depan sampai ada kejelasan tertulis yang ditandatangani pihak perusahaan. Warga bersama Walhi Malut siap membuka ruang dialog, tetapi tidak ada negosiasi apa pun sebelum kesepakatan sebelumnya dipenuhi sepenuhnya. [WLC02]






Discussion about this post