Wanaloka.com – Indonesia memiliki salah satu lahan gambut terluas di dunia, terutama di Asia Tenggara. Total luasan mencapai 13,43 juta hektare yang mayoritas tersebar di Kalimantan Tengah, khususnya Kabupaten Katingan. Ekosistem gambut berfungsi menjadi penyimpan karbon, penyangga keanekaragaman hayati, dan pengontrol iklim.
Namun, lahan gambut sangat rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan dan pembangunan kanal yang seringkali memicu kebakaran. Restorasi ekosistem gambut sangat penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan teknologi paludikultur, salah satu metode pertanian di lahan gambut yang telah direstorasi dengan menanam tanaman yang sesuai untuk lahan basah. Metode ini tidak hanya bertujuan memulihkan fungsi ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Baca Juga: Populasi Perkotaan Capai 5 Miliar Tahun 2030, Perlu Penataan Ruang Pesisir
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Made Hesti Lestari menjelaskan lebih lanjut, tanaman yang difokuskan untuk ditanam adalah balangeran dan jelutong. Sebab kedua tanaman ini terbukti mampu tumbuh di lahan basah.
“Kami juga mengintegrasikan tanaman yang bermanfaat langsung bagi masyarakat, seperti sagu dan beberapa jenis buah-buahan,” jelas Hesti.
Restorasi ini tidak hanya bertujuan mengembalikan tutupan hutan, tetapi juga mempertimbangkan manfaat jangka panjang bagi masyarakat sekitar.
Baca Juga: Ikhtiar Warga Balirejo Menjaga Kelestarian Kali Gajahwong
“Vegetasi di lahan ini didominasi rumput yang kurang produktif. Dengan paludikultur, kami berharap dapat menggantinya dengan tanaman yang tidak hanya memperbaiki ekosistem, tetapi juga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan ekonomi,” kata dia.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penandatanganan perjanjian kerja sama untuk menerapkan teknologi paludikultur di kawasan hutan desa antara PREE BRIN dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Mendawai secara hybrid di Gedung Administrasi ORHL, KST Soekarno, Cibinong, Kamis, 24 Oktober 2024. Fokus utama dari kerja sama ini adalah memulihkan lahan gambut yang terdegradasi serta meningkatkan cadangan karbon dan perekonomian lokal.
Discussion about this post