Selasa, 13 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Walhi Sulawesi Desak Penghentian Investasi Kendaraan Listrik yang Merusak Hutan

Ketika tambang nikel merusak hutan, mencemari laut, pabriknya digerakkan dengan batu bara, bisakah kendaraan listrik yang dihasilkan disebut produk ramah lingkungan?

Senin, 14 November 2022
A A
Ilustrasi pertambangan. Foto dok. Aliansi Sulawesi

Ilustrasi pertambangan. Foto dok. Aliansi Sulawesi

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Pertemuan pemimpin-pemimpin dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Group Twenty (KTT G20) pada 15-16 November 2022 di Bali ditengarai Aliansi Sulawesi – aliansi sejumlah LSM di Sulawesi – tak hanya upaya Indonesia untuk memastikan modal asing milik investor Amerika dan Eropa tidak ditarik. Apalagi suku bunga di bank-bank negara tersebut naik. Sementara krisis ekonomi juga melanda negara-negara berkembang, seperti Indonesia yang bergantung pada investasi asing.

Melainkan juga kepentingan Indonesia untuk meyakinkan negara-negara maju agar terus meningkatkan investasinya di Indonesia, terutama di sektor energi, transportasi, dan bahan baku yang terkait dengan teknologi dan kendaraan listrik.

“Kami yakin pemerintah Indonesia akan menawarkan kepada negara-negara maju soal potensi nikel di hutan hujan Indonesia, khususnya di Sulawesi,” kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tengah, Sunardi dalam siaran pers yang diterima Wanaloka, 13 November 2022.

Baca Juga: Aliansi Masyarakat Sipil Menilai G20 Solusi Palsu Bagi Kesejahteraan Rakyat

Aliansi LSM Sulawesi menduga Indonesia berambisi untuk menjadi produsen bahan baku baterai kelas dunia untuk mendukung produksi kendaraan listrik dunia. Pemerintah dan negara Indonesia diharapkan menjadi tuan rumah pameran kendaraan listrik dengan mengusung tema transisi energi.

“Masyarakat Sulawesi juga punya aspirasi krusial atas KTT G20 itu. Mengingat kebijakan pemerintah Indonesia seringkali tidak mencerminkan kehendak rakyat,” imbuh Sunardi.

Apa sajah aspirasi masyarakat Sulawesi?

Para pemimpin negara-negara G20, terutama Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropa, Jepang, Cina, dan Australia, menurut Aliansi Sulawesi seharusnya memperhatikan kehidupan masyarakat di Indonesia yang semakin miskin, terutama yang tinggal di sekitar hutan. Juga petani dan keluarga nelayan yang tinggal di sekitar tambang nikel dan smelter serta pembangkit listrik yang kotor.

Baca Juga: Hati-hati, Delapan Provinsi Kategori Siaga Dampak Hujan Lebat Hari Ini

Sebelum penambangan nikel meluas ke hutan hujan di Sulawesi, petani di Morowali, Morowali Utara (Sulawesi Tengah), Luwu Timur (Sulawesi Selatan), Konawe, Konawe Utara dan kabupaten lain di Sulawesi Tenggara bisa mengandalkan dua kali panen dalam setahun. Setelah tambang dan smelter nikel mulai beroperasi, masyarakat sering mengalami gagal panen karena sawah mereka tercemar lumpur tambang dan limbah smelter.

“Akhirnya, petani terpaksa menjual sawahnya karena sudah tidak layak lagi,” kata Sunardi.

Direktur Eksekutif Walhi Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin mengingatkan, para pemimpin negara yang mempromosikan kendaraan listrik harus tahu bahwa kehancuran di Pulau Sulawesi akibat tambang dan smelter nikel tidak hanya menjadi masalah di hutan hujan, tetapi juga meluas ke garis pantai. Setiap turun hujan, lumpur tambang tersapu ke Sungai Malili di Sulawesi Selatan, sehingga sungai tersebut tercemar dan berubah warna menjadi merah.

Baca Juga: Gempa Dangkal di Darat Kembali Guncang Jawa Barat

Lumpur terbawa ke laut, mencemari garis pantai, menipiskan stok ikan dan berdampak pada mata pencaharian keluarga nelayan, serta memaksa mereka untuk berlayar lebih jauh dari sebelumnya untuk menangkap ikan akibat wilayah tangkapnya tercemar limbah nikel.

Hal yang sama juga terjadi di Desa Lampia, Kabupaten Malili, Sulawesi Selatan dimana lumpur bekas tambang nikel langsung mencemari laut. Tim Walhi Sulsel mengamati pencemaran lumpur tambang nikel di pesisir Lampia sudah mencapai 100 meter ke laut, juga berdampak pada hutan mangrove di pesisir Lampia.

“Dampak aktivitas penambangan dan peleburan nikel tak hanya pencemaran sungai dan laut. Juga berdampak terhadap mata pencaharian keluarga nelayan di Lampia,” papar Amin.

Baca Juga: Malam Tadi Gempa Dangkal Guncang Purwakarta dan Cilacap

Perempuan pun terdampak penambangan nikel. Bagi perempuan di Sorowako, khususnya masyarakat adat Karonsie, tambang dan smelter nikel milik perusahaan Brasil, Kanada, dan Jepang telah menghancurkan impian mereka akan kehidupan yang baik dan mandiri dengan mengolah tanah mereka sendiri. Tanah dan kebun adat mereka dirampas oleh perusahaan tambang nikel tanpa ganti rugi. Bahkan diubah menjadi lapangan golf milik perusahaan. Mereka tidak lagi memiliki akses air bersih dan terpaksa mengkonsumsi air sungai kotor yang tercemar lumpur tambang nikel.

“Pemukiman masyarakat juga telah dipagari tanpa menghormati hak tanah adat masyarakat Karonsie,” imbuh Amin.

Perluasan lokasi penambangan nikel terbaru di Sulawesi Selatan telah menyebabkan penggusuran dan perampasan kebun lada milik masyarakat yang telah menghidupi mereka bertahun-tahun. Konflik sosial seolah telah didesain sebelumnya di sana.

Baca Juga: Mengenal Kain Lurik, Tak Sekadar Kain Bergaris

Potret kerusakan hutan hujan yang berdampak pada rusaknya sumber kehidupan masyarakat, khususnya perempuan, juga terjadi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Di Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara, akibat lumpur penambangan dan limbah tailing dari smelter nikel perusahaan China, para nelayan di Morowali harus pasrah kehilangan mata pencaharian mereka.

Sebab pesisir dan laut yang selama ini menjadi sumber pendapatan nelayan, tercemar lumpur bekas tambang dan limbah peleburan nikel. Akibatnya, nelayan memutuskan untuk berhenti melaut dan memilih menjadi buruh bangunan dan buruh pabrik smelter yang penghasilannya jauh dibandingkan saat menjadi nelayan.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: hutan hujan Sulawesikendaraan listrikKTT G20mitigasi perubahan iklimpencemaran sungai dan lautperusahaan tambang nikelRamah lingkungantambang dan smelter nikeltenaga batu baratercemar limbah nikelWalhi Sulawesi

Editor

Next Post
Tiga orang meninggal dunia tertimbun longsor di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, pada Minggu, 13 November 2022. Foto Dok BNPB.

Tiga Orang Meninggal Dunia Tertimbun Longsor di Pesisir Barat Lampung

Discussion about this post

TERKINI

  • Pusat gempa 5,3 mangitudo di Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Foto inatews.bmkg.go.id.Deformasi Lempeng Picu Gempa 5,3 Magnitudo di Mandailing Natal
    In News
    Senin, 12 Mei 2025
  • Ahli Manajemen Vertebrata Hama dan Ilmu Hama Tumbuhan IPB University, Swastiko Priyambodo. Foto Dok. IPB University.Swastiko Priyambodo, Pengendalian Tikus Sawah Tak Hanya Andalkan Burung Hantu
    In Sosok
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Lalat hinggap di atas makanan. Foto lengocson238/pixabay.com.Lalat Bikin Risih di Meja Makan, Bagaimana Jika Bumi Tanpa Serangga?
    In IPTEK
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Kupu-kupu dan lebah tengah membantu penyerbukan bunga Matahari. Foto keywest3/pixabay.com.Populasi Kupu dan Lebah Menurun, Dampak Aktivitas Manusia dan Pembangunan
    In IPTEK
    Sabtu, 10 Mei 2025
  • Ilustrasi vaksinasi global. Foto neelam279/pixabay.com.Penanganan Covid-19 Abaikan TBC, Kini Indonesia Jadi Partisipan Uji Klinik Global Vaksin M72
    In Rehat
    Sabtu, 10 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media