Sabtu, 12 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Yang Dilakukan Ketika Digigit Ular di Alam Bebas

Mengenali perbedaan ular berbisa dan tak berbisa perlu menjadi bekal pengetahuan para pecinta alam. Pengetahuan itu menjadi bekal penanganan ketika digigit ular.

Senin, 27 Maret 2023
A A
Ilustrasi ular berbisa. Foto winterseitler/pixabay.com.

Ilustrasi ular berbisa. Foto winterseitler/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Pengetahuan tentang racun atau toksin diperlukan saat melakukan wisata alam. Mengingat beragam jenis hewan yang berkeliaran bebas ditemui yang tak menutup kemungkinan mempunyai bisa atau racun. Langkah antisipasi apa saja yang perlu dipersiapkan?

Adalah Dokter Spesialis Emergency Medecine (SpEM) Tri Maharani yang memaparkan materi “Peran Ilmu Toksinologi di Wisata Alam Bebas” dalam ajang Indonesia Mountain Medicine Summit (IMMS) 2023 pada 19 Maret 2023.

Maha, demikian panggilan akrabnya, mengaku sejak kecil tertarik tentang alam dan hewan. Setelah menyelesaikan studi spesialisnya, ia mencoba melihat apa masalah di Indonesia yang belum terselesaikan.

Baca Juga: Cedera Akut dalam Pendakian Tak Sembarang Pijat dan Urut

“Yaitu gigitan hewan berbisa. Salah satu yang biasa ditemui adalah ular,” kata Maha.

Menurut data yang dikumpulkan Maha, insiden gigitan ular di Indonesia mencapai angka 135 ribu pada 2021 dengan jumlah kematian sebesar 10 persen.

“Tugas kami adalah mengetahui efek venom (bisa atau racun ular). Kelemahan tenaga medis adalah tidak tahu identifikasi ular yang kadang dipikir berbisa, ternyata tidak,” ungkap Maha.

Baca Juga: Dokter Pendaki Serukan Kesadaran Publik Soal Keselamatan Pendakian

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: alam bebasgigtan ularilmu toksinologiimobilisasiular berbisaular tidak berbisa

Editor

Next Post
Ilustrasi badai gunung. Foto Simon/pixabay.com.

Penyakit Ketinggian Saat Naik Gunung, Cegah dengan Persiapan

Discussion about this post

TERKINI

  • WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
    In Rehat
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
    In Traveling
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung
    In Sosok
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Suasana konferensi pers soal gugatan SLAPP terhadap dua Guru Besar IPB University oleh PT KLM di YLBHI, 8 Juli 2025. Foto YLBHI.Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong
    In News
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media