Badak Rosa diketahui bunting sejak Desember 2020, dan masa mengandung untuk satwa mamalia ini sekitar 476 hari.
Baca Juga: Peringati Hari Meteorologi Sedunia, Sekjen PBB Sebut Ulah Manusia Dampak Iklim Semakin Buruk
Ketua Tim Dokter Hewan SRS TNWK, drh. Zulfi Arsan menjelaskan, selama masa bunting, badak Rosa mendapatkan pemberian tambahan hormon penguat janin hingga menjelang masa melahirkan, serta pemeriksaan kesehatan kebuntingan secara rutin dengan menggunakan alat Ultrasonografi (USG).
Di samping itu, sebut ZulfiArsan, pemberian pakan yang baik dan cukup, serta pemantauan perilaku juga dilakukan untuk mendukung kebuntingan ini.
Menurut Zulfi Arsan, tanda-tanda badak Rosa melahirkan terlihat pada Kamis, 24 Maret 2022, pukul 09.00 WIB.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno menyatakan, kelahiran anak Badak sumatra ini kabar gembira di tengah upaya Indonesia meningkatkan populasi badak.
Baca Juga: Sukses Invensi Mesin Sangrai Kopi, BRIN Lirik Teknologi Fermentasi ‘Mutiara Hitam’
“Kelahiran Badak sumatera ini merupakan sebuah kabar gembira di tengah upaya Pemerintah Indonesia dan mitra kerja meningkatkan populasi badak sumatera. Kita menaruh harapan untuk dapat terus mendapat kabar bahagia dari kelahiran-kelahiran Badak sumatera lainnya di masa depan,” kata Wiratno, dilansir dari laman ppid.menlhk.go.id, Senin, 28 Maret 2022.
Wiratno menyampaikan terima kasih mendalam atas kerja tim dokter hewan dan para perawat yang terus-menerus mengawasi perkembangan kebuntingan badak Rosa hingga perawatan pasca persalinannya.
Kepala Balai TNWK Kuswandono menyebutkan, enam tahun lalu badak Ratu (induk badak Andatu) juga telah melahirkan anak badak betina yang diberinama Delilah.
Baca Juga: Manusia hingga Parasit Jadi Penyebab Gajah Sumatera Hampir Punah
Dengan kelahiran anak badak Rosa ini, kata Kuswandono, bukti SRS TNWK berhasil mengembangbiakan Badak sumatra.
“Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas adalah satu-satunya tempat pengembangbiakan Badak sumatera secara alami dengan dukungan teknologi serta kolaborasi keahlian, baik dari dalam dan luar negeri,” ujar Kuswandoni.
SRS TNWK ini diresmikan pada 1998, hasil kerja sama Balai TNWK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan YABI, bertujuan mengembangbiakan populasi satwa mamalia Badak sumatra, yang terancam punah. [WLC01]
Discussion about this post