Selasa, 13 Mei 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Manusia hingga Parasit Jadi Penyebab Gajah Sumatera Hampir Punah

Populasi Gajah Sumatera menurun hingga 35 persen sejak 1992. Perlu upaya penyelamatan secara bersama-sama berbagai pihak untuk menjaganya dari kepunahan.

Selasa, 1 Maret 2022
A A
Gajah Sumatera. Foto ugm.ac.id.

Gajah Sumatera. Foto ugm.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM), dokter hewan R. Wisnu Nurcahyo dan tim tengah mengembangkan strategi untuk menjaga dan menyelamatkan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dari ancaman kepunahan. Bersama Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC), Wisnu dan tim menjalankan sejumlah program, salah satunya meningkatan kualitas pengelolaan gajah jinak Sumatera secara terpadu. Kemudian membangun sistem database gajah jinak terkait data individual, rekam medis, identifikasi penyakit dan analisis DNA.

“Gajah Sumatera yang menjadi subspesies gajah Asia yang masih tersisa berstatus terancam punah dan populasinya terus menurun karena berbagai faktor. Upaya konservasi penting dilakukan guna menjaga dan melestarikan gajah Sumatera ini,” papar Wisnu.

Populasi gajah Sumatera diperkirakan telah mengalami penurunan sekitar 35 persen dari 1992. Prosentase ini merupakan penurunan yang sangat besar dalam waktu relatif pendek. Menurut World Wildlife Fund for Nature-Indonesia (2008), populasi gajah dengan total individu diperkirakan sebanyak 2.400 -2.800 ekor.

Baca Juga: Kesemutan Separuh Badan, Waspada Gejala Stroke

Sejumlah faktor mengakibatkan penurunan populasi Gajah Sumatera semakin tak terkendali. Seperti aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, pembunuhan akibat konflik dan perburuan menjadi ancaman seirus yang memengaruhi kelestarian hewan ini. Konflik antara manusia dan satwa liar terutama gajah terus meningkat seiring berjalannya waktu. Pemerintah pun telah membuat lokasi-lokasi untuk penanganan gajah jinak yang sudah dilatih untuk menangani gajah liar yang masuk pemukiman di daerah-daerah yang rawan konflik antara manusia dan satwa.

Namun permasalahan semakin kompleks. Dari sisi eksternal terkait dengan konflik manusia dengan satwa dan perburuan liar gajah Sumatra untuk diambil gading dan diperjualbelikan. Berdasarkan suatu menunjukan perdagangan online produk yang berasal dari gading gajah cukup tinggi. Pada 2016 ditemukan sekitar 570 penjual online gading gajah yang teridentifikasi dengan penjual aktif ditemukan di Jawa Tengah. Lalu, pada 2019, dari tiga negara yaitu Indonesia, Vietnam dan Thailand menunjukan hanya negara Vietnam yang mengalami penurunan jumlah penjualan gading gajah.

Baca Juga: Hujan Es, Dampak Perubahan Iklim dan Membawa Polutan

Sementara dari sisi internal berkaitan dengan kondisi gajah yang ditangkap dan masuk ke dalam Pusat Latihan Gajah (PLG) yang dalam jangka waktu lama akan mempengaruhi keberagaman genetik dan struktur populasi. Sebab ada keterbatasan aliran gen dan peningkatan genetic drift serta risiko perkawinan sesama keluarga (inbreeding). Perbedaan asal usul Gajah Sumatra yang berada di PLG juga dapat mempengaruhi keberagaman genetik dari satwa endemik Indonesia ini.

Dari studi yang dilakukan oleh tim dari FKH UGM bersama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan University of Liege, Belgium diketahui tingkat keragaman nukleotida yang rendah dan keragaman haplotipe ditemukan di wilayah Sumatra bagian utara (Aceh dan Sumatera Utara) dan yang lain di wilayah selatan Sumatra. Hasil penelitian ini mengungkapkan distribusi haplotipe berdasarkan DNA mitokondria yang berbeda antara wilayah Sumatra bagian utara dan selatan.

Baca Juga: Anda Takut Gemuk? Biasakanlah Sarapan Pagi

Rendahnya keragaman genetik pada populasi Gajah Sumatera jinak dapat berdampak buruk pada generasi Gajah Sumatera jinak yang ada di lembaga konservasi di masa depan. Hasil analisis menunjukkan kondisi populasi dari gajah Sumatra jinak ini mengalami tekanan inbreeding. Sebab Gajah Sumatra berada pada populasi kecil di lembaga konservasi.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: gajah jinakgajah liarGajah Sumateramanusiapenyakit parasit

Editor

Next Post
Prof. Husin Alatas. Foto ipb.ac.id.

Husin Alatas: Fenomena Aphelion Bukan Penyebab Batuk Pilek

Discussion about this post

TERKINI

  • Pusat gempa 5,3 mangitudo di Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Foto inatews.bmkg.go.id.Deformasi Lempeng Picu Gempa 5,3 Magnitudo di Mandailing Natal
    In News
    Senin, 12 Mei 2025
  • Ahli Manajemen Vertebrata Hama dan Ilmu Hama Tumbuhan IPB University, Swastiko Priyambodo. Foto Dok. IPB University.Swastiko Priyambodo, Pengendalian Tikus Sawah Tak Hanya Andalkan Burung Hantu
    In Sosok
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Lalat hinggap di atas makanan. Foto lengocson238/pixabay.com.Lalat Bikin Risih di Meja Makan, Bagaimana Jika Bumi Tanpa Serangga?
    In IPTEK
    Minggu, 11 Mei 2025
  • Kupu-kupu dan lebah tengah membantu penyerbukan bunga Matahari. Foto keywest3/pixabay.com.Populasi Kupu dan Lebah Menurun, Dampak Aktivitas Manusia dan Pembangunan
    In IPTEK
    Sabtu, 10 Mei 2025
  • Ilustrasi vaksinasi global. Foto neelam279/pixabay.com.Penanganan Covid-19 Abaikan TBC, Kini Indonesia Jadi Partisipan Uji Klinik Global Vaksin M72
    In Rehat
    Sabtu, 10 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media