Sabtu, 23 September 2023
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Manusia hingga Parasit Jadi Penyebab Gajah Sumatera Hampir Punah

Populasi Gajah Sumatera menurun hingga 35 persen sejak 1992. Perlu upaya penyelamatan secara bersama-sama berbagai pihak untuk menjaganya dari kepunahan.

Selasa, 1 Maret 2022
A A
Gajah Sumatera. Foto ugm.ac.id.

Gajah Sumatera. Foto ugm.ac.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM), dokter hewan R. Wisnu Nurcahyo dan tim tengah mengembangkan strategi untuk menjaga dan menyelamatkan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dari ancaman kepunahan. Bersama Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC), Wisnu dan tim menjalankan sejumlah program, salah satunya meningkatan kualitas pengelolaan gajah jinak Sumatera secara terpadu. Kemudian membangun sistem database gajah jinak terkait data individual, rekam medis, identifikasi penyakit dan analisis DNA.

“Gajah Sumatera yang menjadi subspesies gajah Asia yang masih tersisa berstatus terancam punah dan populasinya terus menurun karena berbagai faktor. Upaya konservasi penting dilakukan guna menjaga dan melestarikan gajah Sumatera ini,” papar Wisnu.

Populasi gajah Sumatera diperkirakan telah mengalami penurunan sekitar 35 persen dari 1992. Prosentase ini merupakan penurunan yang sangat besar dalam waktu relatif pendek. Menurut World Wildlife Fund for Nature-Indonesia (2008), populasi gajah dengan total individu diperkirakan sebanyak 2.400 -2.800 ekor.

Baca Juga: Kesemutan Separuh Badan, Waspada Gejala Stroke

Sejumlah faktor mengakibatkan penurunan populasi Gajah Sumatera semakin tak terkendali. Seperti aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, pembunuhan akibat konflik dan perburuan menjadi ancaman seirus yang memengaruhi kelestarian hewan ini. Konflik antara manusia dan satwa liar terutama gajah terus meningkat seiring berjalannya waktu. Pemerintah pun telah membuat lokasi-lokasi untuk penanganan gajah jinak yang sudah dilatih untuk menangani gajah liar yang masuk pemukiman di daerah-daerah yang rawan konflik antara manusia dan satwa.

Namun permasalahan semakin kompleks. Dari sisi eksternal terkait dengan konflik manusia dengan satwa dan perburuan liar gajah Sumatra untuk diambil gading dan diperjualbelikan. Berdasarkan suatu menunjukan perdagangan online produk yang berasal dari gading gajah cukup tinggi. Pada 2016 ditemukan sekitar 570 penjual online gading gajah yang teridentifikasi dengan penjual aktif ditemukan di Jawa Tengah. Lalu, pada 2019, dari tiga negara yaitu Indonesia, Vietnam dan Thailand menunjukan hanya negara Vietnam yang mengalami penurunan jumlah penjualan gading gajah.

Baca Juga: Hujan Es, Dampak Perubahan Iklim dan Membawa Polutan

Sementara dari sisi internal berkaitan dengan kondisi gajah yang ditangkap dan masuk ke dalam Pusat Latihan Gajah (PLG) yang dalam jangka waktu lama akan mempengaruhi keberagaman genetik dan struktur populasi. Sebab ada keterbatasan aliran gen dan peningkatan genetic drift serta risiko perkawinan sesama keluarga (inbreeding). Perbedaan asal usul Gajah Sumatra yang berada di PLG juga dapat mempengaruhi keberagaman genetik dari satwa endemik Indonesia ini.

Dari studi yang dilakukan oleh tim dari FKH UGM bersama dengan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan University of Liege, Belgium diketahui tingkat keragaman nukleotida yang rendah dan keragaman haplotipe ditemukan di wilayah Sumatra bagian utara (Aceh dan Sumatera Utara) dan yang lain di wilayah selatan Sumatra. Hasil penelitian ini mengungkapkan distribusi haplotipe berdasarkan DNA mitokondria yang berbeda antara wilayah Sumatra bagian utara dan selatan.

Baca Juga: Anda Takut Gemuk? Biasakanlah Sarapan Pagi

Rendahnya keragaman genetik pada populasi Gajah Sumatera jinak dapat berdampak buruk pada generasi Gajah Sumatera jinak yang ada di lembaga konservasi di masa depan. Hasil analisis menunjukkan kondisi populasi dari gajah Sumatra jinak ini mengalami tekanan inbreeding. Sebab Gajah Sumatra berada pada populasi kecil di lembaga konservasi.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: gajah jinakgajah liarGajah Sumateramanusiapenyakit parasit

Editor

Next Post
Prof. Husin Alatas. Foto ipb.ac.id.

Husin Alatas: Fenomena Aphelion Bukan Penyebab Batuk Pilek

Discussion about this post

TERKINI

  • Episenter gempa 6,6 magnitudo Laut Banda, Maluku, pada Jumat, 22 September 2023, pukul 21.59 WIB. Foto Google Earth berdasarkan koordinat pusat gempa BMKG.Gempa 6,6 Magnitudo Laut Banda Maluku, Ini Analisis BMKG
    In News
    Jumat, 22 September 2023
  • Presiden Jokowi didampingi Menteri Siti Nurbaya meninjau persemaian Mentawir pada Kamis, 21 September 2023. Foto ppid.menlhk.go.id.Dari Mentawir Menghijaukan Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan
    In News
    Kamis, 21 September 2023
  • Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono. Foto sustainabledevelopment.ugm.ac.id.Budi Setiadi: Teknologi AI Berperan Mengelola dan Melestarikan Sumber Hayati
    In Sosok
    Rabu, 20 September 2023
  • Ilustrasi kapal penangkap ikan. Foto moritz320/pixabay.com.Walhi: Ekonomi Biru Dorong Perampasan Ruang Laut di Indonesia, Ini Catatannya
    In Lingkungan
    Rabu, 20 September 2023
  • Pembukaan The 4th Workshop of Blue Carbon Hub Think Thank - IORA di Bali. Foto Dok. Kemenko Marves.Ekosistem Karbon Biru Diklaim Dukung Keberlanjutan Ekonomi Biru
    In News
    Rabu, 20 September 2023
wanaloka.com

©2022 Wanaloka Media

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Wanaloka.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2022 Wanaloka Media