Wanaloka.com – Sebanyak 80 ribu rumah tangga miskin menjadi target program pemasangan listrik dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Rumah tangga miskin sasaran program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) yang dimaksud adalah yang tinggal di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T). Pendanaannya menggunakan APBN Tahun Anggaran 2022.
“Program ini untuk mengejar target rasio elektrifikasi sebesar 100 persen,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Ida Nuryatin Finahari dalam pembukaan Forum Diskusi Publik di Bandung pada 11 Agustus 2022.
Rasio elektrifikasi atau perbandingan rumah tangga berlistrik dengan total rumah tangga di Indonesia hingga semester I Tahun 2022 mencapai 99,56 persen. Program BPBL yang telah mendapatkan persetujuan Komisi VII DPR ini diharapkan menjadi salah satu upaya percepatan pencapaian target rasio elektrifikasi.
Baca Juga: Ini Spesifikasi Kendaraan Listrik BRIN Ramah Lingkungan Tanpa Pengemudi
“Jika rasio elektrifikasi telah mencapai angka 99,56 persen, rasio desa berlistrik di Indonesia telah mencapai 99,73 persen sampai triwulan II Tahun 2022,” kata Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Wanhar.
Selain BPBL, ada tiga strategi lain untuk mencapai rasio elektrifikasi 100 persen. Pertama, perluasan jaringan (grid extension), yaitu penyambungan listrik ke desa yang dekat dengan jaringan distribusi eksisting. Kedua, melalui mini grid atau pembangunan pembangkit dengan memanfaatkan potensi energi baru terbarukan (EBT) setempat yang daerahnya sulit dijangkau perluasan jaringan listrik dan masyarakatnya bermukim secara berkelompok. Ketiga, melalui pembangunan pembangkit EBT dikombinasikan dengan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) dan Alat Penukar Daya Listrik (APDAL) untuk daerah yang masyarakatnya bermukim tersebar sehingga tidak dimungkinkan dibangun jaringan listrik.
Baca Juga: Kondisi Terkini di Kota Jayapura, Air Berangsur Surut, Listrik Kembali Menyala
Sedangkan masyarakat penerima manfaat program BPBL, menurut Wanhar, akan mendapatkan instalasi listrik rumah berupa 3 titik lampu dan 1 kotak kontak, pemeriksanaan dan pengujian instalasi Sertifikat Laik Operasi (SLO), penyambungan ke PLN, dan token listrik pertama.
Kebutuhan Batu Bara hingga 2025
Kementerian ESDM memastikan akan menjaga kebutuhan batu bara dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO). Berdasarkan capaian realisasi pemenuhan batu bara baik untuk kebutuhan kelistrikan maupun non-kelistrikan, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengklaim serapan batu bara melonjak signifikan dari 2015 hingga 2021.
“Konsumsi listrik batu bara untuk kelistrikan naik 60 persen, yang non-kelistrikan naik 52 persen,” ungkap Arifin saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR pada 9 Agustus 2022.
Baca Juga: Dosen ITB: Net-Zero Emission 2060 Tak Berarti Menghapus Pemanfaatan Batu Bara
Arifin memaparkan, rencana volume kontrak untuk kelistrikan tahun 2022 sebesar 144,1 juta ton dengan volume alokasi 122,5 juta ton. Hingga Juli 2022, realisasi pemenuhan batu bara untuk kelistrikan sebesar 72,9 juta ton.
Discussion about this post