Wanaloka.com – Dalam memahami konteks dan sejarah bencana tsunami yang pernah terjadi di Aceh serta upaya kesiapsiagaan bencana dilakukan study dan site visit, salah satunya ke Gua Ek Lentie di Kabupaten Aceh Besar. Endapan dalam situs ini merupakah saksi alam yang menceritakan bahwa wilayah Aceh telah mengalami tsunami sejak 7000 tahun silam yang terekam dalam endapan sedimentasi yang terdapat di dalam gua.
Study dan site visit tersebut dilakukan Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan Balai Arsip Tsunami Aceh (BAST) ANRI ke beberapa institusi dan lokasi bersejarah di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Kegiatan yang dilaksanakan pada 26 hingga 29 Agustus 2024 itu untuk pengembangan portal Literasi Sejarah Bencana dengan identifikasi dan menghimpun data terkait sejarah kejadian bencana tsunami di Aceh.
Pada 2011, tim peneliti mengidentifikasi lapisan pasir yang bersusun silang dengan pemisah berupa endapan kotoran kelelawar yang hidup dalam gua. Endapan dalam gua diidentifikasi sebagai 11 lapisan tsunami purba yang terbentuk dalam rentang waktu 7400 tahun hingga 2900 tahun yang lalu.
Baca Juga: HKAN 2024 di Boyolali, Menteri Siti Serukan Cetak Generasi Muda Cinta Lingkungan
“Setiap lapisan tsunami mengandung fosil cangkang kerang laut dalam yang relatif masih utuh, sehingga mengindikasikan bahwa sedimentasi ini terbawa oleh ombak tsunami,” ungkap Guru Besar Bidang Ilmu Geofisika Universitas Syiah Kuala, Prof. Nazli Ismail.
Kemudian study visit dilanjutkan ke Museum Tsunami Aceh. Museum ini menyajikan pameran dan pengalaman yang menggugah emosi tentang kejadian tsunami 2004, tetapi juga berfungsi sebagai pusat edukasi dan penelitian terkait pentingnya kesiapsiagaan serta mitigasi bencana.
Site visit juga dilakukan ke beberapa escape building atau gedung evakuasi bencana di kawasan pesisir. Gedung ini adalah salah satu infrastruktur mitigasi bencana yang dibangun pasca-tsunami yang ditujukan untuk menjadi tempat evakuasi sementara bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan tsunami.
Baca Juga: Kisah Penyintas Tsunami Banyuwangi 1994, Panjat Pohon hingga Ikuti Arus
Discussion about this post