Wanaloka.com – Sebanyak 19.546 penduduk terdampak bencana hidrometerologi berupa banjir dan longsor Garut di Provinsi Jawa Barat, dan 785 penduduk kini mengungsi.
Musibah alam ini menerjang 100 desa di 14 kecamatan, Kabupaten Garut, pada Jumat, 15 Juli 2022.
Merespons kejadian banjir dan tanah longsor Garut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto memerintahkan agar dalam masa tanggap darurat yang telah diberlakukan sejak 16 hingga 29 Juli 2022, dimaksimalkan.
Baca Juga: 100 Desa di Kabupaten Garut Terdampak Bencana Hidrometeorologi
“Pendataaan harus cepat, mana rumah yang perlu dibantu untuk diperbaiki, mana infrastruktur yang harus segera diperbaiki,” kata Letjen TNI Suharyanto di hadapan pejabat Kabupaten Garut, Selasa, 19 Juli 2022.
Menurut Suharyanto, masa tanggap darurat dapat disesuaikan sampai kondisi pascabencana betul-betul pulih. Selain itu, pendataan dampak banjir dan tanah longsor Garut harus dilakukan dengan baik dan cepat, khususnya yang sangat penting saat memasuki masa transisi darurat ke pemulihan.
Jenderal bintang tiga TNI AD ini menegaskan, dalam penanganan dampak banjir Garut dan tanah longsor Garut, keselamatan rakyat prioritas utama, salah satunya pemenuhan kebutuhan dasar.
Baca Juga: Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Terjadi di Papua
“Pada masa tanggap darurat ini kebutuhan dasar pengungsi dan masyarakat terdampak ini, harus betul-betul dapat terpenuhi,” ujarnya.
Dia pun mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten Garut, warga yang terdampak banjir dan tanah longsor Garut tidak semakin sengsara.
Discussion about this post