Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Ancaman Krisis Air, 1 dari 4 Penduduk Dunia Sulit Mengakses Air Bersih

Bencana yang berhubungan dengan air setiap tahun menyebabkan kerugian mencapai 550 miliar dolar. Sementara 95 persen kerusakan infrastruktur di dunia disebabkan bencana terkait air.

Selasa, 19 Agustus 2025
A A
Ilustrasi krisis air. Foto balouriarajesh/pixabay.com.

Ilustrasi krisis air. Foto balouriarajesh/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Adapun kegiatan utama dari pengmas ini, dilaksanakan di Pesantren Mambaul Ulum, Dusun Curug Pesantren, yang selama ini menjadi sumber utama air bersih bagi warga sekitar, terutama saat musim kemarau. Melalui pemanfaatan teknologi filtrasi dan desinfeksi sederhana, mahasiswa merancang sistem pengolahan air berbasis mata air lokal yang dapat dijalankan secara mandiri oleh pihak pesantren.

Baca juga: XR Bunga Terung, 80 Tahun Indonesia Merdeka Terapkan Solusi Palsu Transisi Energi

“Sebenarnya potensi air di Desa Karyasari ini besar terbukti dengan adanya beberapa sumber mata air alami. Akan tetapi letak geografis desa berada di atas sungai, sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri, untuk membangun infrastuktur,” ujar Ketua Koordinasi Program, Hanif Miftakhul Huda.

Kebutuhan air bagi warga sudah cukup mendesak, warga tidak bisa terus menerus mengandalkan mengambil air secara manual, dengan jarak yang cukup jauh. Pengabdian masyarakat ini pun difokuskan untuk membangun infrastuktur dengan menerapkan teknologi filtrasi air agar masyarakat bisa segera mendapatkan akses air minum yang lebih sehat dan nyaman untuk kebutuhan sehari-hari.

Teknologi yang diterapkan menggunakan teknologi filter RO 200 GPD yang nantinya dihubungkan ke drinking fountain. Teknologi ini mencakup sistem penyaringan berlapis, pemurnian menggunakan sinar ultraviolet (UV), serta desain yang hemat energi dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Dengan sistem ini, air dari mata air “Kiara” yang berada di sekitar pesantren dapat diolah menjadi air minum yang aman dikonsumsi tanpa perlu dimasak terlebih dahulu.

Baca juga: Catatan Satya Bumi, Pidato Kenegaraan Prabowo Abaikan Penyelamatan Lingkungan Hidup

Selain menyediakan akses air bersih, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren. Para mahasiswa menggagas untuk pendirian depot isi ulang air minum yang nantinya dapat dikelola langsung oleh para santri.

Sebanyak 20 santri terlibat dalam pelatihan produksi, pengemasan, hingga distribusi air minum. Selain itu, kegiatan sosialisasi tentang pentingnya konsumsi air bersih dilakukan kepada sekitar 50 warga desa.

“Pesantren ini memiliki potensi besar, baik secara sosial maupun geografis. Kami berharap teknologi ini dapat menjadi cikal bakal usaha mandiri berbasis air bersih, sekaligus memperkuat peran pesantren dalam pembangunan masyarakat,” imbuh Hanif.

Baca juga: Warga Bobo di Halmahera Selatan Menolak Ekspansi Penambangan Nikel

Desa Karyasari dihuni lebih dari 4.800 penduduk, mayoritas bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut tahun 2021, sekitar 34 persen penduduknya hanya menempuh pendidikan hingga taman sekolah dasar. Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya memperbaiki kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam hal kesehatan dan akses air minum layak.

Krisis air jadi momentum

Krisis air kini menjadi tantangan global yang membutuhkan perhatian serius di tengah perubahan iklim yang semakin nyata. Penurunan ketersediaan air bersih akibat pemanasan global, degradasi lingkungan, serta eksploitasi sumber daya air secara berlebihan, menuntut langkah-langkah kolaboratif dari seluruh elemen masyarakat.

“Situasi ini juga membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk memperkuat ketahanan air demi masa depan yang berkelanjutan,” ujar Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, pada Program Early Warning System RRI PRO 3, Senin, 4Agustus 2025.

Baca juga: Suwardi, Jika Gurun Pasir Bisa Dihijaukan, Lahan Marginal Indonesia pun Bisa Dipulihkan

Ia menekankan pentingnya kewaspadaan dan kesadaran terhadap dinamika alam. Saat ini, perubahan iklim membuat pola cuaca sulit diprediksi, sehingga mempengaruhi keseimbangan alam, termasuk ketersediaan air tanah. Beberapa wilayah dengan curah hujan tinggi justru tidak memiliki area imbuhan yang memadai untuk menangkap air hujan, sehingga rawan banjir.

Badan Geologi terus menguatkan strategi mitigasi krisis air melalui pelestarian area imbuhan dan pengelolaan fungsi lahan yang berkelanjutan. Selain itu, Badan Geologi juga melakukan pemantauan berkala melalui sumur pantau untuk memastikan kondisi air tanah tetap dalam batas aman. Kebijakan perizinan penggunaan air tanah juga diterapkan secara ketat agar pengambilan air tidak melebihi kapasitas yang direkomendasikan.

”Momentum ini semestinya menjadi titik balik bagi Indonesia untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor, pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat, dalam mewujudkan ketahanan air sebagai pondasi masa depan yang lebih baik,” kata Agus.

Baca juga: Film Dokumenter tentang Bahaya Limbah Tailing Nikel di Morowali Diluncurkan

Pada diskusi tersebut, inspirasi pengelolaan air secara inovatif juga datang dari Uni Emirat Arab. Yanto, peneliti Indonesia yang tengah melakukan riset di Abu Dhabi, mengungkapkan bahwa negara tersebut telah menerapkan dua kebijakan global penting, yakni Perjanjian Paris dan Protokol Kyoto, yang berfokus pada penurunan suhu global dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Strategi konkret yang dijalankan meliputi desalinasi air laut untuk kebutuhan domestik serta konservasi air limbah yang dimanfaatkan untuk irigasi pertanian.

Indonesia, dengan potensi air permukaan yang melimpah, memiliki peluang besar untuk memperkuat ketahanan air melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya air. Edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda, menjadi kunci penting untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan memanfaatkan air secara bijak.

Sektor pertanian juga diharapkan dapat memaksimalkan potensi air hujan melalui teknologi sederhana namun efektif, agar distribusi air menjadi lebih merata dan berkelanjutan. [WLC02]

Sumber: UGM, ITB, Badan Geologi Kementerian ESDM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: krisis air bersihmata air lokalPBBpemanasan globalteknologi filtrasi air

Editor

Next Post
Ilustrasi tikus. Foto Alexas_Fotos/pixabay.com.

Penumpukan Sampah Menjadi Sumber Peningkatan Kasus Leptospirosis

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media