Wanaloka.com – Masyarakat adat Kasepuhan Girijaya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat merupakan komunitas adat di wilayah dataran tinggi yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sumber daya alam. Kini, mereka mulai terdampak perubahan iklim.
Wilayah tersebut kerap mengalami cuaca ekstrem, mulai dari hujan berintensitas tinggi yang memicu longsor ringan hingga periode kekeringan yang menurunkan debit air.
“Kondisi ini menunjukkan ada kerentanan nyata terhadap perubahan iklim di tingkat tapak. Namun, tradisi dan kearifan lokal yang dijaga menjadi strategi adaptasi dan mitigasi yang efektif,” kata mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Angkatan 2022, Rida Awaliah.
Baca juga: Walhi Tolak Proyek PLTGU Batang, Gunakan Gas Fosil Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca
Ia dan timnya tengah melakukan riset melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) berjudul “Mengurai Benang Merah Kearifan Lokal Kasepuhan Girijaya sebagai Kunci Resiliensi Masyarakat Lokal dalam Menghadapi Perubahan Iklim”.
Rida menjelaskan, istilah “benang merah kearifan lokal” merujuk pada nilai inti yang menghubungkan berbagai bentuk kearifan lokal masyarakat, meliputi sejarah, aturan adat, dan praktik ekologi yang selaras dengan lingkungan.
Mengingat Masyarakat Adat Kasepuhan Girijaya mempunyai keunikan yang masih menjaga tradisi turun-temurun di tengah tekanan perubahan iklim. Kearifan lokal tersebut terwujud dalam berbagai tradisi seperti Seren Taun, Rebo Wekasan, Hutan Larangan, dan penentuan tanggal tanam yang memadukan nilai spiritual dan ekologis.
Baca juga: Perdagangan Biawak Diperbolehkan, Tapi Jangan Merusak Ekosistem
“Larangan menebang pohon sembarangan dan menjaga hutan sebagai sumber kehidupan yang sakral merupakan bentuk nyata ketaatan masyarakat terhadap adat. Ini meningkatkan kesadaran ekologis dan memperkuat perilaku adaptif masyarakat terhadap perubahan iklim,” jelas ketua tim riset itu.
Dari hasil analisis awal menggunakan lima dimensi Climate Disaster Resilience Index (CDRI), tim menemukan resiliensi masyarakat Kasepuhan Girijaya tergolong tinggi, terutama dalam aspek sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Analisis regresi ordinal logistik juga menunjukkan partisipasi dalam tradisi Rebo Wekasan dan penghormatan terhadap Hutan Larangan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan ketangguhan masyarakat.
Rida berharap riset ini dapat dipublikasikan secara luas dan menjadi model adaptasi berbasis budaya lokal.
“Kami ingin hasil penelitian ini dapat diterapkan di daerah lain dan menjadi pijakan bagi kebijakan pengembangan masyarakat berkelanjutan,” imbuh dia.
Baca juga: Satwa Liar Masuk Permukiman, Sinyal Keseimbangan Alam Hutan yang Terganggu
Penelitian ini melibatkan anggota tim Anisa Nabhan Hanip (Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan), Yazmin Maulidya Meiranti (Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat), dan Wahyu Dewi Puspasari (Bisnis). Tim ini dibimbing Dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Eva Rachmawati.
Peran strategis tahura






Discussion about this post