Minggu, 13 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Gangguan Ginjal, Ancaman Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19

Gangguan ginjal kembali booming setelah masuk kategori komorbid berisiko tinggi pada pasien Covid-19. Mengapa tingkat kematiannya tinggi sejak sebelum pandemi?

Rabu, 16 Maret 2022
A A
Ilustrasi gangguan ginjal. Foto IMGMIDI/pixabay.com.

Ilustrasi gangguan ginjal. Foto IMGMIDI/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peringatan Hari Ginjal Sedunia atau The World Kidney Day pada 10 Maret 2022 mengangkat tema Kidney Health for All: Bridge the knowledge gap to better kidney care. Latar belakang peringatan Hari Ginjal Sedunia karena mortalitas atau tingkat kematian akibat penyakit ginjal terus meningkat setiap tahun dan diproyeksikan menjadi penyebab kematian ke-5 pada 2040.

Mengapa demikian?

“Karena 10 persen orang yang mengalami gangguan ginjal tidak paham dan tidak mengetahui kalau ia mengalami gangguan ginjal kronis. Tema ini untuk menjembatani kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ginjal,” papar dokter Metalia Puspitasari dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal dan Hipertensi.

Baca Juga: Mengenal Test Anxiety Disorder, Cemas Luar Biasa Hingga Pingsan

Sementara selama pandemi Covid-19, pasien dengan komorbid (penyakit penyerta) penyakit ginjal kronis (PGK) berisiko lebih tinggi terhadap fatalitas. Di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pasien PGK memiliki risiko kematian akibat Covid-19 terbesar, yakni 13,7 kali lipat dibanding dengan orang yang tidak memiliki komorbid. Sementara penelitian di Italia melaporkan kejadian Covid-19 pada pasien PGK 10 kali lebih tinggi daripada pada populasi umum. Sedangkan angka kematian pada pasien PGK dengan Covid-19 juga hampir 10 kali lipat dibanding populasi pasien PGK tanpa Covid-19.

“Bisa dibayangkan beratnya derita para penyintas PGK saat pandemi ini, harus rutin melakukan cuci darah di rumah sakit. Sementara rumah sakit adalah salah satu tempat yang memiliki risiko tinggi penularan Covid-19,” terang Ahli Ginjal Fakultas Kedokteran Unair, Prof dokter Djoko Santoso.

Baca Juga: BNPB Imbau Warga Malang Antisipasi Banjir Susulan

PGK juga tercatat berada di posisi ke-4 di antara delapan penyakit katastropis, yaitu penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan memiliki komplikasi yang bisa mengancam jiwa. Bahkan PGK adalah salah satu penyakit yang menyedot pembiayaan terbesar dari BPJS Kesehatan.

“Kami berharap angka kejadian PGK dapat segera diturunkan dan pasien mendapat pelayanan kesehatan dengan aman dan berkualitas. Baik masa pandemi maupun masa mendatang,” kata Djoko.

Apa Fungsi Ginjal?

Ginjal merupakan organ yang memiliki peranan krusial dalam menjaga kesehatan tubuh. Ada empat fungsi utama ginjal, yakni lain fungsi penyaringan (filtrasi), pengeluaran (sekresi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan pembuangan (ekskresi).

“Secara alam, ginjal otomatis menjamin disaringnya racun, zat atau partikel, dan senyawa sisa hasil metabolisme yang tidak lagi diperlukan tubuh. Kemudian dibuang melalui kencing (urine),” kata Djoko.

Baca Juga: Usai Liburan Malah Tak Bersemangat, Itu Tanda-tanda Post-Holiday Blues

Sedangkan beberapa ion dan senyawa kimia yang masih diperlukan tubuh akan diserap kembali oleh ginjal untuk masuk kembali ke dalam peredaran darah.

Selain itu, ginjal juga mengeluarkan hormon yang memegang peranan penting bagi keseimbangan fungsi tubuh. Di antaranya ada eritropoietin, calcitriol, dan juga renin. Eritropoietin merupakan hormon yang mengatur pembentukan sel darah merah. Sedangkan calcitriol berperan dalam aktivasi vitamin D dan renin yang berfungsi untuk mengatur tekanan darah dan keseimbangan cairan dalam tubuh.

Apa Beda Gangguan Ginjal Kronis dan Akut?

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Covid-19gangguan ginjal akutgangguan ginjal kronisHari Ginjal Seduniamortalitaspandemipenyakit ginjal kronisThe World Kidney Day

Editor

Next Post
Ilustrasi hutan. Foto GregMontani/pixabay.com.

Hari Bhakti Rimbawan, Mimpi Menteri Siti akan Kembalinya Hutan Tropika Basah Indonesia

Discussion about this post

TERKINI

  • WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination, Yohei Sasakawa dan Menkes Budi Gunadi Sadikin berkunjung ke Sampang, Madura dalam program eliminasi kusta, 8 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Kusta Bukan Penyakit Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
    In Rehat
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Destinasi wisata di Danau Toba, Sumatra Utara. Foto Dok. Kemenpar.Konferensi Internasional Jadi Upaya Geopark Kaldera Toba Raih Kembali Green Card UNESCO
    In Traveling
    Kamis, 10 Juli 2025
  • Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dietriech G Bengen. Foto Dok. Alumni IPB.Dietriech Geoffrey, Merkuri Masuk ke Perairan Lewat Limbah Industri hingga Keramba Jaring Apung
    In Sosok
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Suasana konferensi pers soal gugatan SLAPP terhadap dua Guru Besar IPB University oleh PT KLM di YLBHI, 8 Juli 2025. Foto YLBHI.Bambang Hero dan Basuki Wasis Tak Gentar Hadapi Gugatan SLAPP Perusak Lingkungan di Pengadilan Cibinong
    In News
    Rabu, 9 Juli 2025
  • Pertemuan International Leprosy Congress (ILC) di Nusa Dua, Bali pada 7 Juli 2025. Foto Dok. Kemenkes.Menteri Kesehatan Janjikan Nol Kusta, Nol Disabilitas, Nol Stigma
    In News
    Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media