Wanaloka.com – Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009, setiap tanggal 10 Agustus diperingati sebagai Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN). Hari ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat untuk melestarikan alam, tetapi juga sebagai ajang untuk mempromosikan pemanfaatan sumber daya alam hayati secara lestari.
“Peringatan ini adalah momen penting dalam upaya memasyarakatkan konservasi alam sebagai bagian dari sikap hidup dan budaya bangsa Indonesia,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya saat memimpin upacara HAKN 2024 di Alun-Alun Kidul Boyolali, Jawa Tengah pada 29 Agustus 2024.
Sejak 2014, peringatan HKAN telah dilaksanakan di berbagai kawasan konservasi di Indonesia. Tahun ini digelar di Boyolali sekaligus puncak dari rangkaian kegiatan “Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024” yang telah diluncurkan pada 16 Juli 2024 di Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta.
Baca Juga: Kisah Penyintas Tsunami Banyuwangi 1994, Panjat Pohon hingga Ikuti Arus
Pelepasliaran 5 jenis burung
Kabupaten Boyolali dipilih sebagai lokasi peringatan karena wilayah ini merupakan bagian dari dua taman nasional penting di Jawa Tengah, yaitu Taman Nasional Gunung Merbabu dan Taman Nasional Gunung Merapi. Keduanya tidak hanya menjadi benteng keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya.
“Ini bukan pertama kalinya saya ke Boyolali. Banyak hal yang saya pelajari dari Boyolali yang kemudian saya angkat untuk dasar kebijakan di pusat, salah satunya bank sampah dan kampung iklim. Jadi saya sangat berterima kasih untuk seluruh masyarakat Boyolali,” ungkap Siti.
Dalam acara tersebut, Siti Nurbaya juga memimpin pelepasliaran 79 ekor burung di Kebun Raya Indrokilo di Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Boyolali. Pelepasliaran ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam melestarikan keanekaragaman hayati, khususnya di wilayah perkotaan, sesuai dengan semangat pengelolaan urban biodiversity.
Baca Juga: Nasih Yuwono, Olah Sisa Makanan dengan Ember Tumpuk Jalin Kerja Sama Desa Kota
Jenis-jenis burung yang dilepasliarkan terdiri dari 30 burung perkutut jawa (Geopelia striata), 10 burung kepudang kuduk hitam (Oriolus chinensis), 15 burung kerak kerbau (Acridotheres javanicus), 14 burung merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), dan 10 burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster).
Kelima jenis burung tersebut telah melalui proses kajian kesesuaian habitat. Kebun Raya Indrokilo dipilih menjadi lokasi pelepasliaran karena luasan kawasan memadai dan berada di ketinggian antara 275 hingga 300 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini dinilai ideal untuk mendukung keberlangsungan hidup satwa-satwa tersebut.
Semua burung yang dilepasliarkan juga telah melalui pemeriksaan kesehatan yang ketat dan menjalani proses habituasi di kawasan Kebun Raya Indrokilo.
Baca Juga: Riset Harta Karun Kapal Perang Amerika yang Tenggelam di Teluk Banten
“Ini untuk memastikan satwa yang dilepasliarkan mampu beradaptasi dengan baik di habitat barunya, sehingga mereka bisa memperkuat populasi di alam liar,” jelas Siti.
Pasca pelepasliaran, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah bersama mitra akan melakukan monitoring selama beberapa bulan ke depan untuk mengamati perkembangan burung-burung yang telah dilepasliarkan. Monitoring untuk memastikan keberhasilan pelepasliaran dan mendapatkan data mengenai adaptasi satwa di lingkungan barunya.
Discussion about this post