Wanaloka.com – Pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Erlina Burhan dan Siti Setiati mengingatkan agar masyarakat tidak terlena dengan narasi, bahwa varian Omicron tidak seganas varian sebelumnya. Keduanya memberikan saran kepada pemerintah dan Satgas Covid-19 agar melakukan upaya-upaya tegas dalam menegakkan protokol kesehatan dan vaksinasi booster.
“Varian ini less severe (tidak parah) daripada Delta, tapi masih terus diteliti. Kasusnya bisa meningkat, apabila kita tidak tegas mengurangi transmisi yang tinggi,” tegas Siti dalam diskusi virtual bersama para epidemiolog, pakar kesehatan, dokter, dan pakar sosial dari berbagai lembaga pendidikan dan penelitian di Indonesia untuk mendapat masukan sebagaimana dilansir dari laman maritim.go.id, Jumat, 14 Januari 2022.
Diskusi tersebut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berdiskusi Hadir pula Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, dan Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito untuk meminta masukan para ahli untuk menghadapi varian Omicron.
Baca Juga: PTM 100 Persen, Ini Persiapan Anak Jelang Vaksinasi Covid-19
Pakar dari Eijkman Institute, Amin Soebandrio juga menjelaskan, Indonesia sedang memasuki masa transisi penanganan Covid-19 dari varian Delta menuju Omicron. Menurut dia, pengawasan pada tingkat molecular perlu dipertajam mengingat banyak hal yang belum diketahui mengenai varian ini.
“Sampai sekarang Omicron ini masih terus diteliti, penularannya cepat,” kata Amin.
Walaupun merupakan varian yang berbeda dari Delta dan belum ada dampak kematian, tetapi perlu terus diantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.
Terkait kenaikan kasus yang signifikan, epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Hari Kusnanto dari epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Windhu Purnomo menyampaikan seharusnya pemerintah dapat melakukan flattening the curve atau dapat menjaga kenaikan kasus tidak terlalu cepat dan tinggi. Harapannya, meskipun puncak kasus pada bulan Maret, tetapi jumlah kasus lebih rendah.
“Pengendalian penularan varian Omicron dapat dilakukan apabila protokol kesehatan, pembatasan mobilitas, pelaksanaan vaksinasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan sudah terakomodir dengan baik,” papar Hari.
Baca Juga: Antibodi Turun Setelah 6 Bulan Vaksinasi Primer, Ini Mekanisme Vaksinasi Booster
Sementara pakar ilmu sosial memberi masukan untuk merumuskan strategi yang lebih komprehensif. Sosiolog UI, Imam B. Prasodjo menilai strategi yang selama ini sudah digunakan dalam aspek sosial sudah tepat. Ada empat poin utama yang perlu terus dilakukan oleh pemerintah.
Pertama, memperkuat koordinasi antarjajaran pemerintah serta aparat keamanan. Kedua, mendorong masyarakat melakukan public-pressure kepada sesamanya yang melanggar aturan protokol kesehatan. Ketiga, melakukan kampanye untuk meningkatkan ketahanan tubuh atau imunitas tubuh di dalam keluarga. Keempat, melakukan pemberdayaan masyarakat di daerah melalui pendidikan agar tidak terjadi generation lost.
“Ini perlu kita pertahankan. Bukan hanya saat menghadapi pandemi, tetapi seterusnya. Ini hal baik dan patut kita syukuri yang timbul dari pandemi ini,” kata Imam.
Discussion about this post