Wanaloka.com – Ketersediaan air tanah untuk pemenuhan air bersih masyarakat terancam untuk proses pembangunan dan industrialisasi. Akibatnya, tak semua masyarakat bisa memanfaatkan air bersih. Sementara air yang melimpah berada di laut, tetapi air laut yang bergaram hampir mustahil menjadi pemasok air bersih masyarakat. Dan Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang dikelilingi lautan luas. Namun ternyata laut punya peran penting dalam kondisi hidrologi dan ketersediaan air bersih di Indonesia. Bagaimana penjelasannya?
Dosen Oseanografi dan Sains Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Lamona Irmudyawati Bernawis dalam acara TRITON Bootcamp untuk memperingati Hari Air Sedunia yang digelar Himpunan Mahasiswa Oseanografi (HMO) ITB menjelaskan, fenomena oseanografi dapat memengaruhi siklus hidrologi di Indonesia.
“Laut dan atmosfer saling terkait, keduanya bekerja sama untuk memindahkan panas dan air tawar ke seluruh dunia. Pertukaran bahan yang terjadi dalam sistem laut-atmosfer menjadi kunci terjadinya iklim,” papar Lamona.
Baca Juga: 153 Perusahaan di Medan Diduga Gunakan Air Tanah Secara Ilegal, KPK: Tegakan Aturan
Aktivitas angin muson Barat dalam periode Oktober – April berhembus dari arah Asia menuju Australia. Udara yang hangat mengandung lebih banyak uap air dibandingkan udara yang dingin sehingga pada periode itu, Indonesia akan mengalami musim hujan. Sebaliknya, ketika angin muson Timur terjadi, angin bergerak dari Australia yang mengalami musim dingin menuju Asia. Udara yang dingin itu sangat kering dan minim uap air sehingga Indonesia akan mengalami musim kemarau.
Fenomena lain yang memengaruhi adalah El Nino – Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD). ENSO memiliki tiga fase, yakni El Nino, La Nina, dan netral. El Nino memberi dampak kemarau panjang, sementara La Nina umumnya memberi dampak peningkatan curah hujan di Indonesia. IOD positif akan menurunkan suhu permukaan laut Samudera Hindia bagian Timur dan menurunkan curah hujan di Indonesia. Sementara IOD negatif merupakan kebalikannya.
Siklus hidrologi yang terjadi memengaruhi jumlah air bersih di Indonesia. Berdasarkan data, 1 dari 8 masyarakat Indonesia tidak dapat mengakses air bersih. Krisis air bersih disebabkan karena perubahan iklim yang bisa menyebabkan kekeringan dan banjir parah.
Baca Juga: Walhi: Make Mercury History Hanya Jadi Jargon Apabila Tak Sentuh Akar Masalah
“Selain itu, kebutuhan akan air bersih terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, berkurangnya air tanah, pengelolaan air yang belum maksimal, dan polusi air,” terang Dosen Oseanografi dan Sains Kebumian ITB, Dr. Rima Rachmayani.
Ada tiga upaya alami yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian air, yaitu artificial aquifer recharge, rainwater harvesting, dan penanaman mangrove di pesisir. Artificial aquifer recharge memanfaatkan sumur buatan untuk mengambil air di akuifer tanpa mengurangi jumlahnya. Rainwater harvesting merupakan upaya untuk menangkap air hujan dan menyaringnya. Dua metode itu dapat digunakan untuk skala domestik maupun skala besar. Hutan mangrove dapat mencegah intrusi air laut dan menjadi filter alami sehingga sangat penting untuk menjaga kualitas air bersih di daerah pesisir.
Untuk kebutuhan air minum, air bersih yang sudah disimpan tadi dapat direbus, diberi klorin, atau dilakukan pemurnian yang lebih canggih untuk membunuh bakteri, virus, jamur, dan berbagai parasit lainnya. Seiring berkurangnya jumlah dan kualitas air bersih, akhirnya tercetus inovasi untuk melakukan desalinasi air laut yang memiliki persentase 96 persen dari total air di bumi.
Baca Juga: Gerakan Tanah Ancam 200 Penduduk di Manggarai Barat
Salah satu yang akan diterapkan Rima dalam program pengabdian masyarakatnya di pesisir Timur Indonesia adalah mengubah air laut menjadi air tawar dengan metode reverse osmosis.
“Sederhananya, air laut diberi tekanan agar melewati membran semipermeabel. Garam-garam terlarut akan tersangkut pada membran itu sehingga menghasilkan air tawar yang bisa dikonsumsi setelah dimurnikan,” papar Rima.
Discussion about this post