Wanaloka.com – IPB University bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan siap mengembangkan Laboratorium Pusat Assisted of Reproductive Technology (ART) dan Biobank Indonesia untuk konservasi satwa liar. Sekaligus menjadi harapan baru muncul bagi penyelamatan badak Jawa dan badak Sumatra.
Fasilitas ini dirancang sebagai pusat penyimpanan informasi genetik satwa liar, termasuk mencegah kepunahan dua spesies badak langka Indonesia, yakni badak Jawa dan badak Sumatra.
Rektor IPB University, Prof. Arif Satria menjelaskan, biobank merupakan langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan populasi satwa yang semakin terancam.
Baca juga: Fenomena Blood Moon 7-8 September 2025 adalah Salah Satu yang Terlama
“Penyelamatan satwa liar tidak bisa hanya mengandalkan konservasi kawasan. Konservasi genetik melalui biobank adalah langkah yang mendesak,” ungkap Arif dalam acara Perjanjian Kerja Sama dan Peletakan Batu Pertama Laboratorium Pusat ART dan Biobank di Kampus IPB Dramaga, Bogor, 2 September 2025.
Pembangunan Lab Pusat ART dan Biobank selaras dengan tiga fokus utama riset IPB University, yakni sustainability, omics science (genomik, metabolomik, dan lainnya), serta artificial intelligence (AI). Ketiga bidang ini kini saling terhubung dan menjadi pilar utama dalam riset konservasi.
“Banyak penelitian omics sekarang memanfaatkan AI. Bahkan, pemantauan satwa liar dan pola migrasi kini dilakukan dengan teknologi berbasis AI. Sinergi ini membuat konservasi lebih efektif,” jelas dia.
IPB University telah melakukan berbagai penelitian mutakhir, termasuk riset tentang pola migrasi kelelawar dan upaya penyelamatan badak sumatra. Kolaborasi internasional, seperti dengan Leipzig Zoo di Jerman dan tim kolosal juga memperkuat langkah IPB University dalam pengembangan biobank.
“Jika biobank ini terwujud, Indonesia akan memiliki tonggak baru dalam penyelamatan satwa liar secara genetik. Ini akan menjadi kontribusi nyata IPB University bagi keberlanjutan biodiversitas,” ujar dia.
Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Leonardo Adypurnama atau dikenal Teguh Sambodo juga menyampaikan pemerintah terus memprioritaskan pembangunan berbasis keberlanjutan, khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian satwa liar.
Baca juga: Geopark Kaldera Toba Kembali Menerima Status Green Card
Pengembangan biobank adalah kerja sama IPB University dengan Kementerian Kehutanan menjadi dalam rangka implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
“Khususnya terkait pemanfaatan biodiversitas,” ujar Teguh yang juga alumnus IPB University ini.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menjanjikan membuka ruang bagi perguruan tinggi, khususnya IPB University, untuk berperan dalam penelitian strategis terkait kehutanan dan konservasi. Sebab keberadaan riset sangat vital untuk menjembatani kesenjangan antara kebijakan pemerintah dan fakta ilmiah di lapangan.
Baca juga: Dua Pekan Siaga, Status Gunung Lewotobi Laki-Laki Naik Lagi Menjadi Awas
“Selama saya jadi menteri, inisiatif apa pun dari universitas, terutama IPB University yang memang sangat dekat dengan bidang kehutanan, saya akan bersedia mempergunakan otoritas saya untuk membangun jalan ilmu pengetahuan yang menjembatani antara policy maker dengan pengetahuan para researcher,” janji dia.
Ia juga menyatakan kesiapannya memfasilitasi koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk lembaga donor dan mitra strategis, agar proyek Lab Pusat ART dan Biobank di IPB University segera terealisasi.
Mengumpulkan sel-sel badak
Di balik sunyi hutan tropis Indonesia, suara badak Jawa dan badak Sumatra semakin jarang terdengar. Populasi yang kian menipis, keragaman genetik yang terbatas, dan ancaman kepunahan mendorong IPB University melalui Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) mengembangkan teknologi reproduksi berbantuan (Assisted Reproductive Technology/ART) dan biobank.
Baca juga: Sekitar 360 ha Sawit Ilegal di Leuser Ditumbangkan untuk Pulihkan Fungsi Hutan
Upaya ini dipimpin Pakar ART IPB University, Muhammad Agil yang mendedikasikan hidupnya untuk memastikan ‘suara’ badak tak hilang selamanya.
Ia menyebut, kondisi badak Sumatra saat ini sangat kritis. Sebab lebih dari 70 persen populasi hasil penyelamatan pada tahun 1980-1990 mengalami gangguan organ reproduksi.
“Kenyataannya, banyak badak betina kami mengalami tumor pada organ reproduksi, membuat mereka sulit berkembang biak,” ucap dia saat Perjanjian Kerja Sama dan Peletakan Batu Pertama Laboratorium Pusat ART dan Biobank dengan Kementerian Kehutanan di Kampus IPB Dramaga, Bogor, 2 September 2025.
Baca juga: Alasan Campak Dapat Meyebabkan Kematian dan Wabah
Badak Jawa menghadapi masalah berbeda. Meski populasinya relatif stabil, keragaman genetiknya sangat rendah. Tim peneliti IPB University menemukan badak Jawa hanya memiliki dua haplotipe genetik.
Discussion about this post