Wanaloka.com – Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG, Daryono menaruh perhatian serius atas tragedi runtuhnya tebing di Danau Furnas, Minas Gerais, Brasil, pada Sabtu, 8 Januari 2022, yang menyebabkan tewasnya wisatawan.
Kejadian serupa ternyata pernah terjadi di kawasan wisata alam di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta.
Daryono sejak Selasa, 11 Januari 2022 hingga Rabu, 12 Januari 2022, menulis kejadian runtuhnya tebing di wisata alam itu, di akun media sosial, facebook miliknya.
Baca Juga: Kisah Mark Zuckerberg hingga Raja Belanda Blusukkan ke Kampoeng Cyber
Dikatakannya, peristiwa runtuhnya tebing danau atau pantai dapat terjadi di mana saja. Selama tebing mengalami ketidakstabilan lereng kemudian ada gaya pemicu maka runtuhan dan longsoran dapat terjadi.
Peristiwa runtuhnya tebing di tepi Danau Furnas, sebenarnya fenomena biasa yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Hal ini karena berdasarkan proses longsornya, longsoran dibedakan dalam beberapa macam, dan apa yang terjadi dan menimpa wisatawan di Danau Furnas merupakan jenis flexural toppling failure.
“Kita mengenalnya sebagai longsoran guling (Toppling Failure) di mana longsoran ini terjadi pada lereng batuan dengan kemiringan bidang lemah yang berlawanan arah terhadap kemiringan lereng dan biasanya pada batuan keras dimana struktur lemahnya berbentuk kolom atau kekar-kekar vertical,” tulis Daryono.
Baca Juga: Atasi Kulit Gatal dan Berminyak dengan Sabun Kulit Bawang Merah
Flexural Toppling yaitu jenis longsoran guling setelah mengalami lenturan. Keruntuhan lentur ini sering terjadi pada lereng baik lereng buatan maupun lereng alami dengan struktur perlapisan anticlinal.
Discussion about this post