Wanaloka.com – Hingga tahun 2023, Asian Development Bank mencatat Indonesia menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Sebanyak 62,85 persen dari sampah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik akibat sistem pengumpulan sampah yang buruk. Outlook Energy Indonesia menyebutkan bahwa emisi gas karbon dioksida (CO2) di Indonesia pada tahun 2022 telah mencapai 696,75 ton.
Pada skenario terburuk, angka emisi CO2 di Indonesia diprediksi akan terus meningkat hingga 1.080 juta ton pada tahun 2033. Peningkatan jumlah limbah plastik dan emisi gas CO2 membuat Indonesia menghadapi tantangan serius.
Salah satu jenis sampah plastik yang kerap ditemui di lingkungan sekitar adalah kemasan botol plastik atau Polyethylene terephthalate (PET). Dengan jumlah PET yang banyak dan perlu pengelolaan, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Gadjah Mada (UGM) 2024 melakukan riset mengenai potensi penggunaan limbah plastik PET sebagai zat penyerap dalam carbon capture technology.
Baca Juga: Ruang Hidup dan Tradisi Leluhur Masyarakat Adat Tua di Kutai Kertanegara Terancam Perkebunan Sawit
Teknologi ini memanfaatkan limbah plastik PET sebagai penangkap gas CO2 di udara. Pengembangan carbon capture technology berbasis limbah plastik PET berpotensi menjadi solusi atas dua permasalahan besar lingkungan yang sedang dihadapi di Indonesia.
Tim PKM-RE ini merupakan gabungan lima mahasiswa dari lintas program studi, yaitu Pandu Sukma (Kimia 2022), Samuel Khrisna (Kimia 2022), Muhammad Hafidz (Teknik Kimia 2022), Rezinda Febri (Teknik Fisika 2023), dan Saddam Dzaki (Teknik Kimia 2022) serta didampingi Dosen Fakultas MIPA UGM Fajar Inggit Pambudi.
Menurut Pandu Sukma selaku ketua Tim PKM-RE, permasalahan limbah plastik dan emisi gas CO2 dapat diatasi dengan teknologi yang bisa menjawab permasalahan ini secara bersamaan. Solusi itu didukung data yang disebutkan Sharifian dan Kolur dalam penelitiannya pada 2022, bahwa limbah plastik PET mengandung 60 persen wt karbon sehingga berpotensi digunakan sebagai adsorben carbon capture technology dalam bentuk karbon aktif.
Baca Juga: Serba Serbi Diskusi Pertambangan di Kampus Ganesha
Berbagai penelitian sebelumnya telah mencoba untuk memanfaatkan limbah plastik sebagai adsorben carbon capture technology, tetapi masih banyak kekurangan yang perlu diselesaikan.
Menurut Muhammad Hafidz, penelitian untuk memanfaatkan limbah plastik pernah dilakukan sebelumnya. Namun kapasitas adsorpsi atau banyaknya gas CO2 yang bisa ditangkap oleh karbon aktif yang terbuat dari limbah plastik masih terbilang kecil dan kurang efektif untuk diterapkan secara masif. Kekurangan ini bisa diatasi dengan membuat komposit dengan material Zeolite 13X.
“Kami telah mengkaji bahwa kekurangan ini bisa diatasi dengan membuat komposit atau mencampurkan karbon aktif dari limbah plastik dengan material Zeolite. Salah satu yang bisa digunakan adalah Zeolite 13X,” ucap Muhammad Hafidz di kampus UGM pada 22 Juli 2024.
Baca Juga: Klaim Muhammadiyah Jadi Contoh Pertambangan Ramah Lingkungan, Ini Faktanya
Pandu menambahkan, tim ini memvariasikan komposisi campuran karbon aktif dengan Zeolite 13X dalam penelitian. Kemudian menguji material yang dihasilkan di laboratorium untuk mengetahui karakteristik luas permukaan, daya serap CO2, kristalinitas, dan validasi berhasilnya pembuatan komposit.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Tim PKM-RE ini mengklaim bahwa limbah plastik PET dapat dimanfaatkan menjadi penangkap CO2 di udara dalam bentuk karbon aktif yang dimodifikasi dengan Zeolite 13X. Modifikasi struktur karbon aktif dengan Zeolite 13X meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Penelitian yang telah dilakukan selama empat bulan ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan sampah dan emisi CO2 yang ada di Indonesia.
Piknik Bebas Plastik
Konsisten untuk terus menyuarakan pengurangan sampah plastik sekaligus memperingati Plastic Free July, Pawai Bebas Plastik kembali diadakan untuk tahun kelima. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan parade di Car Free Day, Jakarta, yang berbeda kali ini adalah untuk memberikan sentuhan berbeda dan bisa lebih dekat dengan para audiens untuk berdiskusi terkait isu polusi plastik dengan menggelar kegiatan Piknik Bebas Plastik.
Baca Juga: Oemar Moechthar, Izin HGU 190 Tahun di IKN Ditinjau Ulang karena Potensial Konflik
Pawai Bebas Plastik diinisiasi dengan melihat masalah di Indonesia, bahwa sampah plastik tidak hanya menjadi masalah di wilayah darat saja, tetapi juga sudah menyebar ke wilayah laut. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat dampak dari plastik sekali pakai. Bahwa tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan dan hewan yang hidup, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan manusia.
Melihat fakta-fakta tersebut, perlu ada gerakan bersama sebagai upaya pengurangan sampah plastik. Harapannya, Indonesia dapat mencapai target untuk mengurangi sampah plastik sebesar 70 persen pada tahun 2025.
Piknik Bebas Plastik kali ini diadakan dengan serangkaian kegiatan, seperti talkshow, workshop, showcase, dan pertunjukkan seni lainnya. Talkshow dilaksanakan dengan mengangkat isu plastik yang berhubungan dengan kesehatan, iklim, dan masyarakat adat. Tak ketinggalan isu plastik berhubungan dengan seberapa besar produksi plastik dari industri minyak dan gas.
Discussion about this post