Wanaloka.com – Pulau Bintan, Kepulauan Riau merupakan zona perdagangan bebas dan jalur pelayaran internasional yang memiliki luas sekitar 1.300 km. Pulau yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura ini mengalami laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,06 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 1,34 persen. Sementara pertumbuhan ekonominya sendiri hampir sama dengan rata-rata nasional, sehingga kebutuhan akan sumber daya air semakin meningkat.
Fungsi Pulau Bintan yang tidak memiliki air tanah dalam menyebabkan sumber daya airnya sangat tergantung variabilitas curah hujan. Pada kegiatan Kolokium PRIMA bertema “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumberdaya Air Pulau Kecil dan Opsi Adaptasinya” yang digelar pada 1 Agustus 2024, Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Albertus Sulaiman berharap rencana kerja sama dengan Cina dalam pengembangan climate change (perubahan iklim) untuk pulau kecil bisa segera terlaksana.
“Ada yang menyampaikan kekhawatiran bahwa pulau-pulau kecil di Indonesia akan tenggelam dan jumlah pulau berkurang. Melalui materi yang disampaikan (dalam kolokium), semoga bisa menjawab tantangan kebutuhan air di pulau kecil, termasuk di Pulau Bintam,” ucap Sulaiman.
Baca Juga: Tradisi Brandu Diduga Memicu Penularan Wabah Antraks di Gunungkidul
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Ida Narulita menyebutkan studi kasus di pulau tersebut menunjukkan fenomena iklim sangat mempengaruhi curah hujan. Pada tahun 2019 (tahun terjadinya IOD+) tampungan air baku di Pulau Bintan mengalami penurunan muka air yang cukup siknifikan.
“Curah hujan ekstrim yang dipicu kondisi dinamika cuaca pada skala sinoptik menyebabkan banjir besar di Pulau Bintan terjadi awal Januari 2021. Ini menunjukkan dinamika atmosfer sangat mempengaruhi variabilitas curah hujan dan berdampak pada sumberdaya air di wilayah ini,” tutur Ida.
Data yang digunakan adalah plot data hujan CHIRPS dan CORDEX-SEA. Ketersediaan data satelit mempunyai periode panjang dan resolusi spasial tinggi, tetapi data satelit memiliki error (kesalahan). Metodologi yang digunakan dalam penelitian meliputi koreksi bias dengan metode Quantile Mapping, pendugaan ketersediaan air dan metode optimasi AHP dan Keputusan Multi Kriteria.
Baca Juga: Cuaca Jadi Ancaman Perkembangan Ekonomi Dunia 10 Tahun Mendatang
Hasilnya, bahwa perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan tahunan dan musiman. Pada curah hujan tahunan, ada penurunan kisaran 15 persen dan curah hujan musiman mengalami perubahan sekitar 8 persen – 22 persen. Akibat dari penurunan curah hujan ini mengakibatkan adanya penurunan suplai sumberdaya air.
Solusi Berupa Embung
Discussion about this post