Minggu, 21 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Sampah Plastik dari Indonesia Berlayar Sampai Afrika

Selama enam tahun dari 2018-2023, Indonesia telah kehilangan Rp2000 triliun akibat sampah plastik.

Sabtu, 14 September 2024
A A
Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.

Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova menyatakan, potensi kerugian negara akibat kebocoran sampah plastik ke laut mencapai antara Rp125 triliun hingga Rp225 triliun per tahun.

Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025. Faktanya, perhitungan tahun ini baru mencapai 41,68 persen.

“Setelah kami hitung dari 2018 sampai 2023 secara kasar, rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun (sampah plastik) yang bocor ke lautan dunia dari kegiatan masyarakat kita,” kata Reza dalam Media Lounge Discussion (MELODI) bertajuk Kebocoran “Sampah Plastik ke Laut Indonesia dan Strategi Penanganannya” di Gedung B.J Habibie, Jakarta, Rabu, 11 September 2024.

Baca Juga: Deendarlianto, Kembangkan Penelitian Produk Hidrogen Hijau

Dengan demikian, selama enam tahun, Indonesia telah kehilangan Rp2000 triliun akibat sampah plastik. Estimasi kerugian tersebut dilihat dari kerugian secara ekonomi, pariwisata, kesehatan, hingga dari sisi teknis.

BRIN tengah melakukan penelitian dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dalam mendeteksi jenis sampah plastik. Termasuk, melibatkan akademisi dari berbagai multidisiplin ilmu.

“Karena kalau bicara sampah plastik, ketika terkena sinar matahari, angin, dan lain-lain akan jadi mikroplastik. Semakin kecil ukuran plastik, semakin mudah pula masuk ke dalam tubuh kita,” terang dia.

Baca Juga: Indonesia Rentan Perubahan Iklim, Pemerintah Masih Gunakan Batu Bara

Upaya lainnya adalah perlu dilakukan proses bioremediasi yang membutuhkan waktu panjang. Yakni mencari mikroba yang paling tepat untuk bisa ‘memakan’ sampah plastik itu.

Reza juga menyoroti komitmen politis pimpinan daerah dalam menyediakan anggaran untuk pengelolaan sampah.  Anggaran pengelolaan sampah disebut optimal apabila mencapai 3 hingga empat persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tapi yang terjadi saat ini, baru mencapai 0,07 persen.

“Satu persen saja enggak sampai, Itu satu problematika besar,” ucap dia.

Baca Juga: IKN Mereplikasi Konsep Rehabilitasi Lahan Kritis Hutan Wanagama di Gunungkidul

Sampah plastik Indonesia sampai ke Afrika

Sampah plastik yang mencemari lautan dapat melewati lintas samudera, mulai dari keluar di Samudera Hindia, sampai masuk ke Samudera Pasifik. Reza menambahkan, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, sampah plastik yang berasal dari kegiatan masyarakat Indonesia dapat menuju ke Afrika Selatan.

“Walaupun tidak secara keseluruhan, sekitar 10 hingga 20 persennya akan langsung menuju Afrika Selatan,” kata Reza.

Pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi melakukan penelitian pergerakan sampah di perairan.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: BRINproses bioremediasisampah plastikSamudera HindiaSistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional

Editor

Next Post
Guru Besar FTI ITB, Prof. Made Tri Ari Penia Kresnowati. Foto ITB.

Made Tri Ari Penia, Potensi Biomassa Indonesia dari Kakao, Singkong dan TKS

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media