Wanaloka.com – Selatan Jawa menjadi salah satu dari empat skenario latihan Indian Ocean Wave (IOWave) Exercise 2023 yang digelar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Agenda rutin dua tahunan tersebut merupakan pelatihan sistem peringatan dini dan mitigasi tsunami untuk negara-negara di sepanjang tepian Samudera Hindia.
“Negara-negara di Samudera Hindia memilih skenario yang paling terdampak untuk menguji SOP. Lalu dilakukan perbaikan untuk diujikan kembali pada skenario berikutnya,” kata Plt. Deputi Bidang Geofisika, Hanif Andi Nugraha dalam sambutan secara daring pada 25 Oktober 2023.
Sesuai dengan manual IOWave23, terdapat empat skenario latihan yang dilaksanakan pada tanggal 4, 11, 18 dan 25 Oktober 2023 dalam mekanisme dan skenario yang disepakati Task Team IOWave23. Tiga skenario latihan tersebut dengan pusat gempa di Nicobar Island, Pantai Iran, Selatan Jawa. Serta satu skenario non tektonik di Kerguelen Island Australia.
Baca Juga: Keindahan Langit Indonesia Jadi Peluang Pengembangan Astrowisata
“IOWave23 exercise menggunakan skenario tsunami dari gempa bumi berkekuatan magnitude 9.0 megatrusht Selatan Jawa di kedalaman 10 km,” tutur Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Daryono.
Pelatihan seretak dimulai di Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Lebih dari 1000 orang berpartisipasi dalam pelatihan tersebut dan disiarkan langsung dari kantor BMKG Pusat.
Latihan tersebut bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi rantai peringatan dini tsunami dan kesinambungan SOP antar pihak. Juga untuk mengisi pemahaman peralatan informasi sehingga pengujian tersebut diharapkan dapat mengetahui lebih awal apabila terdapat permasalahan di dalam sistem tersebut.
Baca Juga: BMKG Ajak Global Kolaborasi Pengamatan Laut Demi Informasi Cuaca yang Akurat
“Sistem peringatan tsunami tidak dapat berhasil baik apabila hanya tergantung pada kemampuan monitoring. Penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan antara lembaga dan masyarakat,” kata Daryono.
Sementara Direktur Peringatan Dini BNPB, Afrial Rosya menambahkan, pelaksanaan agenda tersebut adalah bentuk perwujudan dalam menangani penanggulangan bencana di Indonesia. Juga upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan persiapan, baik masyarakat maupun pemerintah dalam antisipasi bencana tsunami melalui penguatan sistem pernyataan dini tsunami berbasis masyarakat.
“Penyelenggaraan ini tentunya sangat penting bagi Indonesia dalam menguji bagaimana peringatan dini tsunami bisa berjalan dengan baik,” ucap Afrial.
Baca Juga: Terinspirasi Yin Yang, Tim Kuya Sigma ITB Raih Sertifikat Tahan Gempa
Discussion about this post