Kepala BNPB memastikan bahwa rentetan gempa yang terjadi tidak memicu tsunami, sebagaimana laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga: Ini Dampak Gempa Mentawai Magnitudo 6,1
“Rangkaian gempa pada hari Senin, 29 Agustus 2022, tidak memicu tsunami, untuk itu masyarakat yang saat ini mengungsi di daerah perbukitan bisa kembali ke rumah masing-masing, bagi yang rumahnya tidak mengalami rusak struktur, rusak berat akibat gempa,” kata Suharyanto.
Khusus bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir, Suharyanto berpesan agar apabila terjadi gempa bumi yang berlangsung lebih dari 30 detik, maka diharapkan untuk segera menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terajadinya tsunami.
“Jika gempa berlangsung secara terus menerus selama lebih dari 30 detik baik itu dengan guncangan keras maupun mengayun, masyarakat yang berada di daerah pantai agar segera lari ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan terjadi tsunami,” pungkas Suharyanto.
Baca Juga: Pantir UI untuk Memprediksi Potensi Banjir Akibat Luapan Sungai
Sementara itu, data sementara kerusakan dampak gempa Mentawai-Siberut yang dirilis BNPB meliputi, satu gedung SMP Negeri 3 Simalegi rusak ringan, satu unit SDN 11 Simalegi rusak berat, satu gedung Puskesmas Betaet rusak ringan, satu gereja rusak ringan, satu gedung aula Kantor Camat Siberut Barat rusak ringan, dan lainnya masih dalam pendataan.
Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebutkan, sejak Senin kemarin hingga Selasa pagi, telah 14 kali gempa susulan terjadi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
“Sejak kemarin hingga pagi ini total telah terjadi 14 kali aktivitas gempa di Siberut, Sumbar, dengan rincian: 3 foreshocks (pembuka), mainshock M6,4 (gempa utama) dan 10 aftershocks (susulan),” sebut Daryono, dikutip dari akun media sosialnya. [WLC01]
Discussion about this post