Wanaloka.com – Isu lingkungan merasuk ke berbagai lini. Tak terkecuali dunia fashion dengan beragam desainnya. Dosen KK Kriya dan Tradisi, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Tyar Ratuannisa berbagi ilmu tentang desain produk green dalam kuliah tamu PP4204 Green Marketing, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB.
Tyar mengisahkan, awal mula pengangkatan isu mengenai lingkungan pertama kali dilakukan dengan pendekatan puitis melalui buku Silent Spring karya seorang ahli biologi kelautan, Rachel Carson. Buku tersebut menjadi salah satu pengingat sekaligus pencatat dampak negatif DDT dan pestisida lain.
Perkembangannya, milestone selanjutnya dicatat pada 1985, yakni ketika lubang lapisan ozon di stratosfer Antartika pertama kali teramati. Baru-baru ini, tepatnya pada 2019, aktivis muda Greta Thunberg mengemukakan aspirasi terkait pemerintah dan pihak lainnya yang kurang peduli terhadap perubahan iklim.
Baca Juga: Berulang Terjadi Konflik Harimau Sumatra dengan Warga di Langkat
“Salah satu penyebab pencemaran lingkungan berasal dari fashion itu sendiri,” kata Tyar.
Kendala terbesar dari siklus hidup fashion adalah geraknya yang terlampau cepat dan menyebabkan harga pakaian turun. Fast fashion dapat diartikan sebagai fashion yang trennya bergerak cepat, harga terjangkau karena biaya pembuatan rendah, pengiriman cepat, tersedia di mana-mana, tetapi tidak memiliki nilai yang istimewa.
Tren ini bagai dua mata pisau bagi lingkungan. Bisa membawa dampak negatif karena semakin banyak pakaian yang dibeli untuk mengikuti tren atau bisa juga membawa dampak positif karena dapat dijadikan salah satu media green marketing.
“Contohnya adalah membawa konsep re-wear dan thrifting sehingga limbah produksi tekstil dapat diminimalisir,” imbuh Tyar.
Sejumlah solusi dan kontribusi dapat diberikan dunia fashion. Pertama, dengan ‘membelokkan’ tren dan preferensi yang tengah terjadi.
Baca Juga: MA Tolak Kasasi JPU, Tiga Nelayan Pulau Pari Bebas
“Gagasan good design yang dapat menjadi salah satu solusi sudah dicanangkan oleh Dieter Rams,” ujarnya. dosen dari FSRD ITB
Discussion about this post