Selasa, 8 Juli 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Perubahan Iklim, Cuaca Ekstrem Makin Sering Dirasakan

Senin, 10 Februari 2025
A A
Perubahan iklim, cuaca ekstrem makin sering dirasakan. Foto ilustrasi.

Perubahan iklim, cuaca ekstrem makin sering dirasakan. Foto ilustrasi.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi D.I. Yogyakarta, Etik Setyaningrum mengungkapkan, dari tahun ke tahun cuaca ekstrem makin sering dirasakan. Hal ini diakibatkan oleh pemanasan global atau signal pemanasan.

“Misalnya saja di 2016, suhu bumi mencapai 1.28°C di atas suhu rata-rata massa pra-industri. Di Indonesia, anomali maksimum tercatat di Stasiun Meteorologi Sentani – Jayapura (sebesar 0.8 °C) pada tahun 2022,” kata Etik dalam diskusi tentang keadilan iklim yang digelar Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Minggu, 9 Februari 2025.

Etik Setyaningrum sebagai pembicara utama dalam diskusi tersebut, mengungkapkan, berdasarkan statistik yang dimilikinya, perubahan iklim menyebabkan bencana hidrometeologi yang makin sering terjadi.

Baca Juga: Suara Perempuan Petani Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim

“Bencana hidrometeologi itu bencana yang berhubungan dengan air dan atmosfer. Kebanyakan air jadi banjir, kurang air kekeringan, atmosfer terlalu lembab bisa menyebabkan beberapa varietas tidak dapat panen dan lain sebagainya,”katanya.

Ditegaskannya, ada dua cara dalam menghadapi perubahan iklim.

“Pertama tindakan mitigasi yaitu mengatasi penyebab perubahan iklim, dan kedua adaptasi yaitu tindakan menyesuaikan diri untuk mengantisipasi pengaruh buruk perubahan iklim,” imbuhnya.

Peserta diskusi, Heron dari Jampiklim, mengungkapkan kontribusi oksigen dari hutan lebih kecil dibandingkan dari biota laut, sedangkan laut semakin tercemar.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: bencana hidrometeorologicuaca ekstremPerubahan cuacaperubahan iklim

Editor

Next Post
Cuaca ekstrem di Bali, tim SAR mengevakuasi kendaraan roda empat yang tertimbun longsor di Provinsi Bali. Foto Dok BNPB.

Dampak Cuaca Ekstrem hingga 11 Februari 2025 Sebanyak 85 Orang Tewas

Discussion about this post

TERKINI

  • Beberapa pulau-pulau kecil di Raja Ampat, Papua Barat Daya tampak gundul akibat penambangan nikel. Foto Dok. AMAN.BUMN Pertambangan Diminta Serahkan Laporan Tahunan Tepat Waktu
    In News
    Senin, 7 Juli 2025
  • Ilustrasi sampah dari kawasan kuliner. Foto Dennis/pixabay.com.Kawasan Pasar, Kuliner, dan Mal Wajib Kelola Sampah Mandiri
    In News
    Senin, 7 Juli 2025
  • Ilustrasi nyamuk Anopheles. Foto shammiknr/pixabay.com.Riset Bakteri Wolbachia Gantikan Kelambu untuk Kendalikan Malaria di Papua
    In IPTEK
    Minggu, 6 Juli 2025
  • Ilustrasi kelelawar di pepohonan. Foto ignartonosbg/pixabay.com.Delapan Virus Baru Teridentifikasi pada Kelelawar, Pakar Ingatkan Risiko Zoonosis
    In Rehat
    Minggu, 6 Juli 2025
  • Ilustrasi kekeringan. Foto klimkin/pixabay.com.Ahli Meteorologi Ingatkan Waspada Kekeringan Meskipun Kemarau Basah
    In News
    Sabtu, 5 Juli 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media