Wanaloka.com – Hasil hutan bukan kayu bernilai tinggi di pasar domestik dan internasional, seperti madu hutan, daun kelor serta tamanan taxus. Produk hasil hutan bukan kayu yang diproduksi UMKM di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, telah mampu menembus pasar internasional.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menekankan perlunya masyarakat, kelompok tani hutan bersama para ahli dan peneliti Kementerian LHK melihat spesies-spesies yang bernilai tinggi. Bila spesies-spesies alam yang bernilai tinggi itu tidak diketahui, Menteri Siti khawatir pihak luar melakukan penelitian dan membawanya keluar.
“Itu barang-barang yang ada di alam yang bernilai mahal, yang kalau kita ngga tahu, itu diteliti oleh orang luar lalu diambil, dibawa keluar. Itu tidak boleh terjadi lagi. Jadi mari kita semua sama-sama menjaga,” tegas Menteri Siti.
Baca Juga: Atasi Persoalan Hutan Jawa, Kementerian LHK Siapkan Permen KHDPK
Menteri Siti meminta para tokoh, anggota dan pimpinan kelompok masyarakat serta kelompok tani hutan bersama para ahli dan peneliti dari Kementerian LHK melihat spesies-spesies yang bernilai tinggi atau bioprospeksi. Dan, bekerjasama mengembangkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan produk hutan bukan kayu, seperti madu hutan, daun kelor, dan tanaman taxsus yang sangat berpotensi memiliki nilai jual tinggi baik di pasar nasional maupun internasional.
Hal tersebut disampaikan Menteri Siti saat meresmikan Eco Bee Park yang terletak di Arboreatum Balai Penerapan Standarisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSI LHK) Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, pada Minggu 14 Agustus 2022.
Eco Bee Park ini akan menjadi lokasi pameran pengolahan hasil hutan bukan kayu dari hulu hingga hilir khususnya madu hutan, agar semakin dikenal dan disukai masyarakat, serta memajukan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berusaha dalam pemanfaatan madu hutan di Kabupaten Kampar.
Baca Juga: 15 Pembicara dari 6 Negara Bahas Tantangan Dunia Kehutanan
Discussion about this post