Kamis, 19 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Lalat Bikin Risih di Meja Makan, Bagaimana Jika Bumi Tanpa Serangga?

Sebagian serangga dianggap hama pengganggu. Siapa sangka, makhluk kecil ini ternyata memegang peran mendasar dalam keberlangsungan ekosistem dan kehidupan manusia.

Minggu, 11 Mei 2025
A A
Lalat hinggap di atas makanan. Foto lengocson238/pixabay.com.

Lalat hinggap di atas makanan. Foto lengocson238/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Keberadaan lalat di meja makan sering kali mengganggu kenyamanan dan menimbulkan kekhawatiran akan kontaminasi makanan. Ahli Entomologi Kesehatan IPB University, dokter hewan Susi Soviana menjelaskan, masalah ini erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan sekitar.

Ada berbagai jenis lalat yang sering ditemui di sekitar pemukiman, termasuk lalat rumah (Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomia megacephala). Secara fakta, lalat tertarik pada bau busuk dari bahan organik yang membusuk atau mengalami fermentasi.

Artinya, lalat rumah biasanya mendatangi meja makan karena lingkungannya kotor, terutama jika terdapat sampah organik yang tidak tertutup. Lalat tidak serta-merta hinggap di makanan tanpa adanya sesuatu yang menarik, yaitu bau dari bahan organik yang membusuk.

Baca juga: Populasi Kupu dan Lebah Menurun, Dampak Aktivitas Manusia dan Pembangunan

Meja makan akan lebih aman dari gangguan lalat apabila makanan di atas meja tidak mengandung bahan yang berbau busuk atau hasil fermentasi. Di samping itu, lalat juga enggan singgah jika lingkungan sekitar bersih dari sampah organik terbuka.

Terkait cara alami yang aman untuk mengusir lalat, Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini menjelaskan, bahwa faktor risiko utama harus dihilangkan terlebih dahulu.

“Sejauh ini, tidak ada metode alami yang seefektif alat fisik dalam mengusir lalat, seperti sapu lidi yang digoyangkan atau perangkap berperekat. Namun, alat-alat seperti itu kurang etis berada di sekitar meja makan,” kata dia.

Baca juga: Penanganan Covid-19 Abaikan TBC, Kini Indonesia Jadi Partisipan Uji Klinik Global Vaksin M72

Salah satu alat yang direkomendasikan adalah perangkap lalat elektrik (electric fly trap).

“Alat ini menggunakan sinar ultraviolet (UV) untuk menarik lalat masuk ke dalam perangkap dan kemudian mati karena tersengat listrik,” jelas dia.

Namun, Susi mengingatkan bahwa penempatan alat ini harus diperhatikan agar tidak berada di dekat pintu masuk rumah, karena justru bisa menarik lalat masuk ke dalam ruangan. Selain itu, alat ini sebaiknya tidak diletakkan terlalu dekat dengan meja makan agar serpihan lalat yang mati tidak mengontaminasi makanan.

Baca juga: Emerita pangandaran, Temuan Spesies Baru Undur-Undur Laut di Pantai Selatan Jawa

Lebih lanjut, ia juga membahas bahan kimia yang dikenal sebagai attractant, yaitu zat yang dapat menarik lalat ke dalam perangkap. Salah satu zat yang sering digunakan adalah Muscalure Cis 9 Tricosene, yang sebenarnya merupakan feromon lalat. Ada juga campuran telur, ragi, dan sodium bikarbonat yang menghasilkan bau busuk untuk menarik lalat.

Meski demikian, jika lingkungan sekitar penuh dengan sampah organik yang berbau, maka makanan yang bersih pun tetap berisiko dihinggapi lalat.

“Sebab, pada hakikatnya lalat tertarik mendatangi bau busuk dari bahan organik yang bersifat mudah membusuk (perishable). Selain untuk makan, lalat betina juga meletakkan telurnya di tempat tersebut,” tutur dia.

Baca juga: Ikan yang Ditangkap dengan Bahan Peledak Tak Layak Konsumsi

Bagaimana jika Bumi tanpa serangga?

Serangga sering kali dipandang sebelah mata, karena hanya diidentikkan dengan hama atau binatang pengganggu. Namun siapa sangka, makhluk kecil ini ternyata memegang peran mendasar dalam keberlangsungan ekosistem dan kehidupan manusia.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: lalat rumahMusca domesticaPakar Entomologi IPB Universityserangga

Editor

Next Post
Ahli Manajemen Vertebrata Hama dan Ilmu Hama Tumbuhan IPB University, Swastiko Priyambodo. Foto Dok. IPB University.

Swastiko Priyambodo, Pengendalian Tikus Sawah Tak Hanya Andalkan Burung Hantu

Discussion about this post

TERKINI

  • Akademisi Sekolah Bisnis IPB University, Nimmi Zulbainarni. Foto Dok. IPB University.Nimmi Zulbainarni, Penambangan Raja Ampat Abaikan Valuasi Ekonomi untuk Keberlanjutan Alam
    In Sosok
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Aksi bebaskan Sorbatua Siallagan di depan gedung Mahkamah Agung RI, 9 Mei 2025. Foto Dok. AMANSorbatua Siallagan Bebas, AMAN Harap MA Konsisten Adili Perkara Serupa
    In News
    Rabu, 18 Juni 2025
  • Kepala PSA IPB University, Bayu Eka Yulian. Foto Dok. IPB University.Bayu Eka Yulian, Negara Harus Jujur Pertambangan di Pulau Kecil Langgar UU dan Hak Masyarakat Adat
    In Sosok
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Pulau kecil Wawonii yang terancam ekosistemnya akibat aktivitas tambang nikel. Foto jatam.org.Izin Pinjam Pakai Hutan untuk Tambang Nikel di Pulau Kecil Wawonii Dicabut
    In Lingkungan
    Selasa, 17 Juni 2025
  • Tangkapan layar video yang menunjukkan kolom abu vulkanik yang membumbung tinggi dari erupsi Gunungapi Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, 17 Juni 2025 sore. Foto BPBD Kabupaten Flores Timur.Status Awas Lagi, Tinggi Kolom Abu Erupsi Lewotobi Laki-laki Capai 10 Km Lebih
    In Bencana
    Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media